Selasa, 07 April 2009

Melepaskan Ismail

Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main (mocking, KJV) dengan Ishak, anaknya sendiri. Berkatalah Sara kepada Abraham: "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak." Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena ia pun anakmu." Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba – Kejadian 21:9 – 14

Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini. Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu. – Galatia 4:22,23, 29, 30

Perjumpaan berikutnya antara Abraham dengan Tuhan menyebabkan Ismail harus diusir. Ismail adalah lambang kekuatan manusia untuk berusaha menggenapkan janji Tuhan. Ketika kita semakin mengenal Tuhan, kita akan semakin sadar bahwa ”Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36)

Ketika Tuhan memberikan janjiNya kepada kita, Ia ingin agar kita bergantung kepadaNya untuk realisasinya. Dalam kenyataannya, seringkali kita tidak sabar menantikan janjiNya sehingga lahirlah Ismail dalam kehidupan kita yang merupakan usaha manusia kita untuk ”menolong Tuhan”.

Barangkali Tuhan pernah berjanji bahwa kita akan menjadi hambaNya untuk memberitakan namaNya sampai ke ujung dunia. Ketika kita tidak sabar menantikan penggenapan janjiNya tersebut, kita mulai berusaha mempromosikan diri kita dengan berbagai cara agar kita bisa menjadi seperti yang Ia janjikan. Atau Tuhan pernah berjanji bahwa kita akan menjadi seorang yang sangat kaya seperti Ayub. Lalu karena kita tidak sabar, kita pakai berbagai cara agar kita menjadi kaya.

Abraham juga mengalami hal yang sama. Tuhan sudah berjanji bahwa ia akan punya anak kandung yang nantinya akan menjadi ahli warisnya.

Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu." - Kejadian 15:4

Tetapi kemudian ia tidak sabar sehingga oleh anjuran isterinya, ia berusaha ”menolong Tuhan” supaya ia punya anak kandung.

Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, -- yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan --, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya – Kejadian 16:2,3

Ketika Abraham melakukan hal ini dan kemudian lahirlah Ismail, umurnya sudah 86 tahun. Dan setelah itu, tidak pernah ada Firman Tuhan kepada Abraham sampai ia berumur 99 tahun.

Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya. – Kejadian 15:15, 16

Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. – Kejadian 17:1

Ketika Tuhan berbicara lagi kepada Abraham setelah 13 tahun, maka hal pertama yang Ia katakan adalah: ”Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” Artinya, Tuhan mau berkata, ”Aku Mahakuasa sehingga tidak perlu ditolong untuk mewujudkan apa yang telah Ku janjikan kepadamu. Jangan pakai caramu untuk membantuKu, itu adalah cela Mesir.”

Ada suatu pelajaran menarik di sini. Ketika kita berusaha mewujudkan janji Tuhan kepada kita dengan cara kita sendiri, maka kita kehilangan keintiman dengan Dia. Tiba-tiba kita tidak mendengar lagi Dia berbicara. Sebelumnya, begitu banyak rhema, pewahyuan yang kita terima. Tiba-tiba, setelah kita pakai cara kita untuk ”menolong Tuhan”, Dia tidak berbicara lagi. Abraham harus membayar mahal sekali, yaitu hilangnya komunikasi dengan Tuhan selama 13 tahun.

Pernahkah anda mengalami hal tersebut? Mungkin anda masih melayani Tuhan, masih memimpin pujian, masih berkotbah, menyampaikan Firman Tuhan, masih berdoa semalaman, tetapi jauh di kedalaman anda tahu bahwa Ia tidak berbicara sejelas dulu lagi. Anda kehilangan keintiman yang selama ini begitu membuat anda bergairah untuk melayani Dia.

Ketika akhirnya Tuhan berbicara kepada Abraham lagi, Ia meminta supaya Ismail disingkirkan. Tuhan tetap memberikati Ismail, tetapi perjanjianNya hanya berlaku bagi Ishak yang lahir bukan karena usaha Abraham.

Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga. – Kejadian 17:20,21

Seringkali kita puas dengan melayani Tuhan sesuai dengan cara kita. Kita punya talenta dan kita gunakan itu untuk melayani Tuhan dengan cara kita. Tuhan tetap bisa memberkatinya, tetapi jika kita sungguh-sungguh ingin sesuatu yang sangat memuaskan hatiNya, kita harus belajar mengijinkan Tuhan menggunakan talenta kita seperti yang Ia mau. Hal ini sesuai dengan apa yang Ia sampaikan kepada Musa tentang orang-orang yang diberi skill, tetapi harus digunakan tepat menurut yang diperintahkan TUHAN.

Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang yang ahli, yang telah dikaruniai TUHAN keahlian dan pengertian, sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan untuk mendirikan tempat kudus, tepat menurut yang diperintahkan TUHAN." – Keluaran 36:1

Biarlah semakin banyak ”Ishak” yang dilahirkan dalam pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita masing-masing. Amin!