Selasa, 17 Maret 2009

Perjumpaan Kelima - Sunat

Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. …Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku." – Kejadian 17:1,10-14

Setelah seluruh bangsa itu selesai disunat, maka tinggallah mereka di tempatnya masing-masing di perkemahan itu, sampai mereka sembuh. Dan berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu." Itulah sebabnya nama tempat itu disebut Gilgal sampai sekarang. - Yosua 5:8,9

Perjumpaan Abraham dengan Tuhan yang kelima kalinya juga membuat Abraham harus melepaskan sesuatu. Tidak hanya namanya berubah dari Abram menjadi Abraham, tetapi juga setiap laki-laki yang bersama-sama dengannya harus disunat. Sunat adalah lambang cela Mesir yang ditanggalkan. Ketika Abraham keluar dari Mesir, ia membawa banyak budak laki-laki dan perempuan dan di antaranya juga ada Hagar.

Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. - Kejadian 12:16

Hagar inilah yang selanjutnya melahirkan Ismael sebagai cara Abraham dan isterinya untuk mewujudkan janji Tuhan kepada mereka.

Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, -- yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan --, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya. – Kejadian 16:1-3

Ketika akhirnya Hagar melahirkan Ismael pada saat Abraham berumur 86 tahun, Tuhan selanjutnya tidak pernah berbicara kepada Abraham sampai ia berumur 99 tahun.

Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya. – Kejadian 16:15, 16

Ada selang waktu 13 tahun Tuhan tidak berbicara dengan Abraham. Selama itu, tidak ada perjumpaan Abraham dengan Tuhan. Ketika akhirnya Abraham berjumpa dengan Tuhan, maka ia harus disunat sebagai lambang cela Mesir yang ditanggalkan. Kekuatan Abraham yang telah dipakai untuk menghasilkan Ismael harus dibersihkan dari cela Mesir. Sunat adalah lambang kekuatan alamiah kita, talenta kita, kepandaian kita yang harus ditaklukkan pada kedaulatan Tuhan. Tuhan mau memakai talenta kita, kepandaian kita, kemampuan kita, tetapi semuanya harus dalam tuntunan Dia.

Abraham telah berusaha untuk mewujudkan janji Tuhan kepadanya dengan cara menikah dengan Hagar dan menghasilkan Ismael yang adalah anak kandungnya. Tetapi janji Tuhan hanya boleh diwujudkan dengan cara Tuhan. Akibatnya, perjumpaan berikutnya antara Abraham dengan Tuhan menyebabkan Abraham harus melepaskan kekuatan alamiahnya untuk tunduk pada kedaulatan Tuhan.

Dalam hidup kita, kerinduan kita untuk menyenangkan Tuhan dan mewujudkan janji-janjiNya bagi kita merupakan hal yang mulia. Tetapi untuk itupun kita perlu mengizinkan Tuhan memakai caraNya sendiri untuk menggenapi apa yang Ia janjikan. Kalau kita pakai cara kita, maka hasilnya adalah Ismael. Kalau kita mengizinkan Dia melakukannya bagi kita, maka hasilnya adalah Ishak yang adalah anak perjanjian.

Kamis, 05 Maret 2009

Melepaskan Eliezer

Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa, - Ulangan 16:16

Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu." – Kejadian 15:1–4


Setiap perjumpaan dengan Tuhan membutuhkan sesuatu untuk dipersembahkan. Abraham mengalami hal ini. Perjumpaan pertama menyebabkan Abraham harus melepaskan Ur- Kasdim. Perjumpaan kedua menyebabkan ia harus meninggalkan Haran dan kuburan ayahnya. Perjumpaan ketiga terjadi karena Abraham melepaskan Lot yang yang bertahun-tahun ikut dengannya. Ada sesuatu yang harus dilepaskan.

Kini, pada perjumpaan keempat, ada juga yang harus dilepaskan, yaitu Eliezer, hamba kepercayaannya. Rupanya, setelah bertahun-tahun menunggu janji Tuhan dan Sara tidak hamil juga, maka Abraham mulai membuat plan B, yaitu menyiapkan Eliezer untuk menjadi ahli warisnya. Barangkali sebelumnya ia berharap pada Lot, keponakannya sendiri untuk menjadi ahli warisnya. Kini, ketika semua anggota keluarganya sudah tidak ada lagi, ia berharap pada Eliezer untuk mewarisi harta bendanya. Tetapi perjumpaannya dengan Tuhan menyebabkan ia juga harus melepaskan harapannya pada Eliezer.

Pernahkah anda sadari bahwa ketika kita mengikut Tuhan, kita akan dibawa dari satu penyerahan kepada penyerahan lainnya? Kita memang akan berjalan from glory to glory (II Korintus 3:18), tetapi bersamaan dengan itu kita juga melepaskan sesuatu yang Tuhan minta. Apa yang biasanya kita andalkan akan ”dicopot” satu demi satu sehingga pada akhirnya mata kita benar-benar hanya tertuju kepada Dia. Pada akhirnya kita akan sadar bahwa kita tidak bisa ”membantu Tuhan” untuk mewujudkan apa yang telah Ia janjikan kepada kita.

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! – Roma 11:36