Minggu, 24 April 2011

The Seven Last Words of Jesus on the Cross

Ada tujuh perkataan terakhir Yesus yang diucapkanNya di kayu salib sebelum Ia menyerahkan nyawaNya sebagai tebusan bagi dosa seluruh umat manusia. Tidak jelas urutan waktu perkataan-perkataan ini diucapkan, tetapi dari tujuh perkataan ini banyak pelajaran yang bisa kita peroleh.

1. Eli, Eli, lama sabakhtani - Pelajaran Keintiman
Dua kitab Injil yang mencatat perkataan ini, yaitu: Matius dan Markus.
• Matius 27:46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
• Markus 15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Perkataan ini menunjukkan keintiman dan ketergantungan Yesus pada Alah Bapa. Eli atau Eloi adalah bentuk tunggal dari Elohim. Di seluruh Perjanjian Lama, setiap kata “Allah” dalam bahasa Indonesia atau “God” dalam bahasa Inggris adalah “Elohim” dalam bahasa Ibrani, yg merupakan bahasa yang digunakan di Perjanjian Lama. Elohim adalah Allah dalam pengertian jamak, sementara Eloi adalah bentuk tunggalnya. Ketika Yesus berseru “Eloi, eloi lama sabakhtani?” sebenarnya itu adalah seruanNya kepada BapaNya karena dalam pelayananNya di muka bumi, Ia selalu dekat dan intim dengan BapaNya; tetapi pada saat itu, dosa seluruh dunia ditaruh padaNya sehingga ia menjadi terpisah dari BapaNya yang suci.
• 2 Korintus 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Keintiman dengan Bapa merupakan hal yang sangat utama dalam kehidupan Yesus sehingga perkataanNya ini tidak hanya dicatat di Injil Matius, tetapi juga di Injil Markus. Bagaimana dengan kita? Apakah keintiman dengan Tuhan menjadi sesuatu yang kita utamakan dalam hidup kita?

2. Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat - Pelajaran Pengampunan
Di tengah penderitaannya di atas kayu salib, Yesus tetap mempunyai kash dan belas kasih yang besar sehingga Ia mampu untuk berdoa syafaat meminta pengampunan atas mereka yang telah menganiaya dan menjatuhkan hukuman mati bagiNya.
• Lukas 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Kasih dan belas kasihan yang besar ini menutupi segala kebencian dan perbuatan jahat manusia. Seringkali dikatakan bahwa kita tidak selalu bisa mengontrol apa yang orang lain lakukan kepada kita, tetapi kita selalu bisa mengontrol apa reaksi kita terhadap perbuatan mereka. Kasih dan belas kasihan yang melimpah dalam kehidupan kita bisa terjadi kalau kita mengijinkan kehidupanNya mengalir kepada kita lewat keintiman kita denganNya.
• 1 Korintus 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
3. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. – Pelajaran Penginjilan
Perkataan ini disampaikan Yesus kepada salah seorang penjahat yang digantung di kayu salib bersama-sama dengan Dia. Bahkan dalam keadaan sekaratpun, Yesus tetapi pada misiNya yaitu membawa keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepadaNya.
• Lukas 23:43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
Yesus menunjukkan bahwa untuk menyampaikan kabar baik, tidak selalu dalam keadaan yang kita kira baik atau menyenangkan.
• 2 Timotius 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Jika kasih dan belas kasihanNya memenuhi kita, kabar baik akan dengan mudah disampaikan karena akan keluar dengan sendirinya.

4. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku. – Pelajaran Iman
Dalam pelayananNya di muka bumi, Yesus tahu bahwa Ia adalah milik Bapa. Ketika waktuNya belum tiba, tidak ada suatu kuasa apapun yang bisa mengambil nyawaNya. Kesadaran ini begitu kuat sehingga Ia bisa tertidur di atas perahu ketika ada angin ribut yang melanda danau tempat Ia dan murid-muridNya berlayar. Ketika saatNya akhirnya tiba, Iapun menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya. Pelajaran yang bisa kita ambil di sini adalah ketenangan menghadapi angin badai kehidupan di mana pun kita berada. Selama kita tahu bahwa kita ada di dalam pimpinanNya, tidak ada yang bisa menyakiti kita.

• Lukas 23:46 Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
• Yohanes 10:17, 18 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."


5. Ibu, inilah, anakmu. Inilah ibumu. – Pelajaran Memperhatikan Keluarga
Di tengah sengsaraNya menghadapi maut, Yesus tetap memperhatikan keluargaNya. Saat itu mungkin Yusuf sudah meninggal sehingga Yesus sebagai anak tertua punya tanggung jawab untuk memperhatikan ibunya. Dan menjelang kematianNya, Ia masih sempat mendelegasikan tugas tersebut kepada muridNya yang paling dekat dengan Dia.

• Yohanes 19:26, 27 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita cukup memperhatikan orang lain dalam pelayanan, tetapi kita mengabaikan keluarga kita sendiri? Bagaimana dengan anak-anak kita? Bagaimana dengan keluarga kita? Jika kita tidak memperhatikan keuarga kita sendiri, termasuk orang tua kita, Alkitab berkata bahwa kita murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.

• 1 Timotius 5:8 Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.

6. Aku haus. – Pelajaran Memelihara Tubuh
Walaupun kuasa Roh Kudus berlaku dalam pelayananNya sehingga orang sakit disembuhkan, orang kusta ditahirkan, orang mati dibangkitkan, sebagai manusia Yesus tetapi memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Ketika merasa haus, Ia menyatakan apa adanya dan bahkan meminta pertolongan dari orang lain.
• Yohanes 19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!"
Hal ini tidak hanya terjadi di atas kayu salib, tetapi juga dalam perjalanan melintasi tanah Samaria.
• Yohanes 4:6, 7 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."
Bagaimana dengan kita? Apakah kita begitu “rohani” sampai mengabaikan hukum-hukum dasar mengenai kesehatan untuk pemeliharaan tubuh kita? Alkitab mencatat bahwa Yesus pernah lelah, lapar, haus, tertidur karena Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, tetapi Ia tidak pernah sakit. Ia hidup dalam kuasa Roh Kudus, tetapi Ia juga memperhatikan hal-hal dasar mengenai kesehatan tubuh. Paulus juga memberikan nasihat yang sama kepada Timotius untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
• 1 Timoutis 5:23 Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.


7. Sudah selesai – Pelajaran Menyelesaikan Tugas
Ketika Yesus mati di kayu salib, Ia sudah menyelesaikan tugasNya di dunia yang telah diberikan BapaNya. Pelajaran yang bisa kita peroleh di sini adalah untuk selalu menyelesaikan apa yang telah dimulai, tentunya dengan tuntunanNya.
• Yohanes 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Rasul Pauluspun mengatakan hal yang sama menjelang kematiannya. Selama tugas belum selesai dan tetap dalam tuntunanNya, tidak ada yang bisa mengambil nyawanya. Ia pernah dirajam dengan batu sampai mati, pernah mengalami karam kapal, digigit ular berbisa, dikeroyok orang banyak, tetapi selalu hidup kembali sampai tugasnya selesai.
• 2 Timotius 4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.