Rabu, 25 Februari 2009

Perjumpaan Ketiga - Berpisah dengan Lot

Maka berkatalah Abram kepada Lot: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. -- Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN. - Kejadian 13:8-13

Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu – Kejadian 13:14-17


Perjumpaan Abraham (waktu itu namanya masih Abram) yang ketiga dengan Tuhan terjadi setelah Abraham berpisah dengan Lot. Sebenarnya, sudah sejak awal Tuhan berfirman kepada Abraham untuk keluar dari Ur Kasdim dan dari sanak saudaranya. Abraham masih membawa ayahnya yang kemudian meninggal di Haran. Abraham juga masih membawa Lot ketika keluar dari Haran. Selama itu, tuntunan Tuhan tidak terlalu jelas sebab Abraham hanya taat sebagian. Lot masih ikut dengannya. Mungkin memang karena tidak ada pilihan lain dan juga merupakan tanggung jawab Abraham untuk membawa keponakannya.

Tetapi pada akhirnya “keadaan” memaksa mereka untuk berpisah, dan itu merupakan korban yang harus dilepaskan Abraham untuk perjumpaannya yang ketiga dengan Tuhan. Kalau pada perjumpaan pertama Abraham harus melepaskan Ur Kasdim, pada perjumpaan kedua Abraham harus melepaskan ayahnya dan meninggalkan Haran, maka perjumpaan ketiga terjadi karena Abraham melepaskan Lot.

Perjumpaan dengan Tuhan membuat kita melepaskan sesuatu. Tuhan tidak bisa memakai Abraham sepenuhnya sebelum ia taat sepenuhnya. Jika kita menyadari prinsip ini, akan lebih mudah buat kita untuk mengikuti rencanaNya step by step.

Ketika Abraham sudah berpisah dengan Lot, maka Tuhan berbicara sangat detil dan cukup panjang dibandingkan dengan ketika pertama kali Ia berbicara pada perjumpaan pertama dan perjumpaan kedua.


Bagaimana dengan anda? Apakah Tuhan cukup detil berbicara dengan anda? Adakah sesuatu yang belum sepenuhnya anda lepaskan walaupun Ia sudah pernah memintanya? Jika kita belajar taat dengan sepenuh hati, maka rencanaNya juga tidak tertunda-tunda di dalam hidup kita.

Selasa, 17 Februari 2009

Keluar dari Haran

…tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. – Keluaran 23:15

Setiap perjumpaan dengan Tuhan membutuhkan sesuatu untuk diberikan, sesuatu untuk dilepaskan, seperti yang Dia minta. Perjumpaan pertama Abraham dengan Tuhan menyebabkan ia bersama ayahnya dan keponakannya harus melepaskan Ur-Kasdim, meninggalkan Mesopotamia dan kemudian berhenti di Haran. Setelah ayahnya meninggal, kembali Tuhan menampakkan diri dan kali ini ada juga yang harus dilepaskan Abraham ketika berjumpa dengan Tuhan.

Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Allah menyuruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang; - Kisah Rasul 7 :4

Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran. Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. – Kej 11 :31-12:4

Kalau perjumpaan pertama menyebabkan Abraham harus meninggalkan kampung halamannya, maka perjumpaan kedua menyebabkan Abraham harus meninggalkan ayahnya yang sudah meninggal di Haran.

Panggilan Tuhan kepada Abraham ketika masih di Ur Kasdim sebenarnya cukup spesifk, yaitu keluar dari negerinya dan dari sanak keluarganya. Abaraham memang taat, hanya tidak sepenuhnya. Ia taat untuk keluar dari negerinya, tetapi keluarga besarnya tetap ikut dengan dia. Ayahnya ikut dengan dia, Lot juga ikut dengan dia. Akibatnya, tidak ada tuntunan Tuhan lebih spesifik. Bahkan, di Kitab Kejadian dikatakan bahwa Terah yang membawa Abraham. Yang mendapat visi adalah Abraham, tetapi yang mengambil alih pimpinan adalah Terah, ayahnya.

Nama Terah sendiri artinya delay atau penundaan. Ketika Abraham taat sebagian, maka ada penundaah atas rencana Tuhan dalam hidupnya. Tuhan membiarkan Abraham tinggal di Haran selama beberapa lama sampai ayahnya meninggal, baru kemudian Ia menampakkan diri lagi kepada Abraham. Kali ini, Abraham harus meninggalkan ayahnya yang sudah meninggal itu dan pergi keluar dari Haran.

Ketika Tuhan hendak memakai seseorang, maka tidak hanya lingkungan luar - yang menghambat pertumbuhan rohani – yang harus ditinggalkan. Dalam kasus Abraham, bahkan ikatan dengan ayahnya pun harus diputuskan. Tidak berarti kalau kita hendak melayani Tuhan maka kita harus meninggalkan keluarga besar kita karena kasusnya mungkin berbeda. Tapi yang jelas, perjumpaan dengan Tuhan itu menyebabkan ada sesuatu yang harus dilepaskan yang mungkin tanpa kita sadari menghambat pertumbuhan rohani atau rencana Tuhan dalam hidup kita. Kalau kita taat, maka Tuhan akan mengembalikan apa yang telah lepaskan itu dengan caraNya sendiri.

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku – Matius 10:37

Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, isterinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya, akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal”. – Lukas 18:29 – 30

Kamis, 12 Februari 2009

Meninggalkan Ur-Kasdim

…tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. – Keluaran 23:15

Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana – Kejadian 11:31

Jawab Stefanus: "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran – Kisah Rasul 7:2 – 4

Setiap perjumpaan dengan Tuhan membutuhkan sesuatu yang harus dilepaskan, yang harus dibawa kepadaNya sebab firmanNya berkata, “Janganlah orang menghadap ke hadiratKu dengan tangan hampa." Biasanya kita mengartikan ini dengan persembahan uang atau kolekte atau persembahan pujian atau ucapan syukur dari mulut kita. Tetapi hal ini juga bisa berarti sesuatu yang harus kita persembahkan atau kita lepaskan ketika Tuhan memintanya.

Perjumpaan pertama Abaraham dengan Tuhan terjadi ketika ia masih tinggal di Mesopotamia, Ur-Kasdim. Perjumpaan pertama ini membuat Abraham harus meninggalkan kampung halamannya. Ia harus melepaskan Ur-Kasdim yang mungkin juga merupakan tempat kelahirannya.

Ur Kasdim, Mesopotamia adalah daerah tempat berhala. Ketika Tuhan mau memakai Abraham, maka korban pertama yang harus dilepaskan Abraham adalah kampung halamannya. Jika Abraham tidak mau keluar dari Ur Kasdim, maka Tuhan tidak bisa memakai dia.

Ketika Tuhan mau memakai kita, maka biasanya hal pertama yang Ia ingin agar kita lepaskan adalah lingkungan kita yang mungkin akan menghambat pertumbuhan rohani kita. Itu adalah Ur-Kasdim kita yang harus kita tinggalkan. Alkitab berkata, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (I Kor 15:33).

Ketika seseorang berjumpa dengan Tuhan untuk pertama kalinya, ketika ia lahir baru, maka tiba-tiba lingkungan pergaulannya tidak lagi menjadi tempat yang menarik hatinya. Bahkan, teman-temannya mulai menganggapnya aneh dan kemudian menolaknya. Ia akan dianggap ekstrim, terlalu religius, sok alim, dan sebagainya. Pada saat itu, ia harus memilih, apakah akan tetap bergaul dengan lingkungan lamanya, apakah akan tetap “berada di Ur-Kasdim” atau mengikut Tuhan untuk kemudian dibawa ke lingkungan baru yang akan mendukung pertumbuhan rohaninya.

Bagaimana dengan anda? Pernahkah anda berjumpa denganNya? Adakah sesuatu yang Ia minta untuk anda lepaskan? Apakah anda tetap berada di lingkungan lama yang tidak menunjang pertumbuhan rohani anda? Apakah anda tetap “berada di Ur-Kasdim”? Jika anda ingin terus bertumbuh secara rohani, maka anda harus mau melepaskan apa yang Ia minta. Dan dapat dipastikan bahwa yang Ia minta adalah sesuatu yang akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Selasa, 10 Februari 2009

Perjumpaan Dengan Tuhan

Tiga kali setahun setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun. Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa, - Ulangan 16:16

Ada satu prinsip yang tercatat di Alkitab, “Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa”

Sesungguhnya, setiap perjumpaan dengan Tuhan membuat kita melepaskan sesuatu. Kita memang mendapatkan sesuatu dari padaNya, tetapi bersamaan dengan itu kita juga melepaskan sesuatu. Seorang hamba Tuhan senior bahkan berkata, bahwa jika kita bertemu dengan Tuhan dan tidak ada sesuatu yang kita lepaskan, maka sesungguhnya kita belum berjumpa dengan Tuhan.

Ketika Zakeus bertemu dengan Tuhan, setengah dari miliknya ia lepaskan untuk dibagikan kepada orang-orang miskin .

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." – Lukas 9:8

Ketika Petrus bertemu dengan Tuhan, ia mengalami mujizat, menerima dua perahu penuh dengan ikan. Tetapi kemudian ia dan teman-temannya meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus.

Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. - Lukas 5:11

Dalam kehidupan Abraham, yang sebelumnya bernama Abram, hal ini juga terjadi. Setiap perjumpaan Abraham dengan Tuhan, ada sesuatu yang dilepaskan Abraham. Ada sesuatu yang harus diberikan, sebab firmanNya mengajarkan kepada kita untuk tidak menghadap hadiratNya dengan tangan hampa.

Semakin cepat kita menyadari hal ini, semakin baik kita dalam pertumbuhan rohani kita. Jika sudah sekian lama kita tidak bertumbuh secara rohani, mungkin tanpa sadar kita juga sudah lama tidak berjumpa dengan Dia. Kita tidak berjumpa dengan Dia karena ada sesuatu yang tidak kita lepaskan ketika kita bertemu dengan Dia sebelumnya. Kita masih berdoa, kita masih melayani, kita masih berkotbah, kita masih memuji dan menyembah Dia, kita masih mendoakan orang sakit, kita masih menggembalakan jemaat yang Tuhan percayakan, tetapi kita tidak berjumpa dengan Dia.

Pernahkah anda mengalaminya? Anda sibuk dalam pelayanan tetapi semuanya hanya mekanis. Anda giat tetapi anda tidak merasakan gairah yang menyala-nyala dalam melayani Dia. Semuanya hanya tugas, hanya rutinitas. Mungkin sudah lama anda tidak berjumpa dengan Dia. Mungkin ada sesuatu yang belum anda persembahkan kepada Dia. Mungkin ada sesuatu yang Dia minta tetapi masih tetap anda tahan. Mungkin ada sesuatu yang belum anda lepaskan ketika berjumpa dengan Dia sebelumnya.

Bagi beberapa orang, itu bisa berarti hobi, tabiat buruk, lingkungan kerja yang tidak mendukung, dosa, atau bahkan kekuatiran akan masa depan. Bagi orang lain, mungkin itu berarti cita-cita, impian, pekerjaan, pacar, atau bahkan pelayanan. Sudah bukan hal yang aneh kalau pelayananpun bisa menduduki posisi yang lebih tinggi dari Tuhan di dalam kehidupan kita. Akibatnya, bisa saja hal itu yang harus kita lepaskan ketika kita berjumpa dengan Dia.

Perjumpaan dengan Tuhan merupakan tonggak-tonggak pertumbuhan rohani kita dengan Dia. Jika kita setia memberikan dan melepaskan apa yang Dia minta setiap kali kita berjumpa dengan Dia, maka pertumbuhan rohani kita akan terus berjalan dari kemuliaan kepada kemuliaan (from glory to glory).

Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (from glory to glory) – II Korintus 3:18

Rabu, 04 Februari 2009

Forgotten Dreams - Belajar dari Yusuf

Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." - Kejadian 41:51

Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun -- jadi masih muda -- biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya. - Kejadian 37:2

Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu. Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah? - Kejadian 37:5-10

Yusuf adalah seorang dreamer. Dari sejak masa mudanya, Allah sudah menaruh rencanaNya di dalam kehidupan Yusuf lewat mimpi yang dialaminya. Ia senang, bangga dan diceritakan semua mimpinya kepada saudara-saudaranya. Hal ini tidak memberikan dampak yang positif karena saudara-saudaranya menjadi lebih iri dengan dia.

Selanjutnya Yusuf dibuang ke dalam sumur, lalu dijual kepada orang Ismael (Kejadian 37:28). Ia akhirnya bekerja di rumah Potifar dan karirnya kemudian menanjak. Potifar percaya penuh kepadanya sehingga kepada Yusuf diberikan kuasa atas seluruh harta milik Potifar (Kejadian 39:5,6).

Nampaknya semua lancar sampai isteri Potifar menggoda Yusuf sehingga akhirnya Yusuf harus masuk penjara yang juga bukan karena kesalahannya. (Kejadian 39:20)

Di penjarapun Yusuf mendapat kasih karunia dari Tuhan sehingga ia menjadi kesayangan kepala penjara. Karirnya kembali menanjak. Ia dipercayakan untuk mengurus semua tahanan yang ada. (Kejadian 39:22,23).

Ketika saatnya tiba, Yusufpun muncul sebagai Perdana Menteri di Mesir. Ia memegang kendali seluruh pemerintahan Mesir pada saat usianya tiga puluh tahun (Kejadian 41:46).

Jadi sudah ada tenggang waktu tiga belas tahun dari sejak ia mendapat mimpi pada umur tujuh belas tahun sampai ia menjadi Perdana Menteri di Mesir.

Pada masa-masa itu, Yusuf menikah dan mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama diberinya nama Manasye karena katanya, "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku” (Kejadian 41:51). Artinya, Yusuf sudah melupakan mimpinya yang diperolehnya ketika ia masih tinggal di rumah orang tuanya. Ia pernah mendapat mimpi bahwa ia akan diangkat tinggi sehingga saudara-saudaranya dan juga orangtuanya akan datang dan sujud menyembahnya. Setelah lebih dari tiga belas tahun, akhirnya Yusuf melupakan mimpinya.

Kejadian demi kejadian terus berlanjut sampai akhirnya masa tujuh tahun kelimpahan sudah lewat dan Mesir memasuki masa tujuh tahun kelaparan sesuai dengan mimpi Firaun (Kejadian 41:29,30)

Pada saat Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya, Mesir sudah memasuki masa dua tahun kelaparan. Artinya, Yusuf sudah memerintah di Mesir selama masa tujuh tahun kelimpahan dan masa dua tahun kelaparan atau total sembilan tahun sebagai Perdana Menteri Mesir.

…..sebab kelaparan ini masih ada lima tahun lagi -- supaya engkau jangan jatuh miskin bersama seisi rumahmu dan semua orang yang ikut serta dengan engkau – Kejadian 45:11

Yusuf sudah berumur 39 tahun pada waktu itu.. Ia mendapat mimpinya ketika masih belasan tahun, mungkin 17 tahun. Jadi, dibutuhkan waktu kira-kira selama 22 tahun agar mimpi Yusuf menjadi kenyataan. Pada masa-masa itu, Yusuf sudah melupakan mimpinya, Yusuf sudah berserah total kepada Tuhan. Ia sudah memberi nama Manasye kepada anak sulungnya karena ia sudah melupakan mimpinya yang diperolehnya ketika ia masih tinggal di rumah bapanya.

Pada akhirnya, ketika mimpinya sudah dilupakan, ketika mimpinya sudah mati, pada saat itulah, pada saat yang tidak pernah dibayangkan, tiba-tiba mimpinya menjadi kenyataan. Ia melihat saudara-saudaranya datang dan sujud menyembahnya.

Pernahkah anda mendapatkan mimpi dari Tuhan dan anda yakin bahwa itu pasti terjadi? Berapa lama anda menantikannya? Apakah anda pernah berusaha mengupayakan agar mimpi anda menjadi kenyataan? Pernahkah anda berusaha menolong Tuhan untuk menggenapi janjiNya kepada anda? Yusuf pernah berusaha membenarkan dirinya dan meminta tolong kepada juru minuman

Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini." - Kejadian 40:14, 15

Apa akibatnya? Yusuf dilupakan oleh orang yang pernah ditolongnya, yang kepadanya ia berharap akan menerima pertolongan. Berapa lama hal itu terjadi? Tidak tanggung-tanggung. Dua tahun Yusuf dilupakan oleh kepala juru minuman.

Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.- Kejadian 40:23

Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun - Kejadian 41:1

Pernahkah anda berusaha mempromosikan diri anda sendiri? Anda yakin bahwa anda dipilih oleh Tuhan, anda diurapi oleh Tuhan dan anda berusaha untuk menolong Tuhan menggenapi janjiNya kepada anda. Yusuf pernah melakukan hal itu, tetapi ia dilupakan selama dua tahun. Semua itu harus ia lalui, sampai ia juga lupa akan mimpinya dan sampai janji Tuhan membenarkannya.

Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya, untuk memberikan petunjuk kepada para pembesarnya sekehendak hatinya dan mengajarkan hikmat kepada para tua-tuanya – Mazmur 105:16-22

Biarlah kita belajar mempersembahkan kembali kepadaNya tidak hanya hidup kita, tetapi juga semua mimpi dan janji yang pernah Ia berikan kepada kita.

Senin, 02 Februari 2009

Unfulfilled Dreams - Belajar dari Daud

Tokoh selanjutnya yang sangat terkenal, dekat dengan Tuhan, suka memuji dan menyembah Tuhan, tetapi tidak mendapatkan semua yang dia inginkan adalah Daud.

Sebenarnya Daud mempunyai reputasi yang luar biasa: “Berkenan di hati Tuhan”. Di Alkitab, hanya tiga orang yang mendapat sertifkat “Berkenan Kepada Tuhan”. Yang pertama adalah Henokh.

Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. – Ibrani 11:5

Yang kedua adalah Daud, seperti yang tercatat di Kisah Rasul 13:22.

Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. – Kisah 13:22

Yang ketiga adalah Tuhan Yesus.

lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." – Matius 3:17

Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." – Matius 17:5

Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." – Markus 1:11

dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." – Lukas 3:22

Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." – II Petrus 1:17

Daud berkenan kepada Tuhan. Ia memiliki hati yang penurut. Walaupun demikian, ia pernah jatuh dalam dosa, bahkan tidak hanya sekali. Dampak dari kesalahannya cukup fatal. Untuk menutupi kesalahannya, ia merencanakan pembunuhan atas Uria yang adalah suami dari Batsyeba. Uria sendiri adalah salah seorang prajuritnya yang setia (II Samuel 11:11). Kesalahan berikutnya adalah ketika Daud menghitung pasukan Israel yang berdampak matinya tujuh puluh ribu rakyatnya (II Samuel 24:10-15).

Dari sini kita dapat melihat bahwa Daud sangat tidak sempurna. Kesalahan yang dibuat Daud berakibat kepada nyawa orang lain yang jumlahnya tidak sedikit. Kita tidak membaca kesalahan Henokh yang dikatakan hidup bergaul dengan Tuhan (Kejadian 5:24). Alkitab juga menyatakan bahwa Tuhan Yesus juga dicobai, tetapi tidak berbuat dosa.

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. – Ibrani 4:15

Jadi, dari ketiga orang yang dikatakan “berkenan kepada Tuhan”, Daud yang paling tidak sempurna. Namun demikian, mengapa ia tetap disebut sebagai orang yang berkenan kepada Tuhan? Bahkan, Tuhan Yesus sendiri berkali-kali dikatakan di Alkitab sebagai anak Daud.

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. – Matius 1:1

Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" – Markus 10:47

Ada belasan ayat yang menyatakan hal tersebut. Apa istimewanya Daud? Bukankah ia sangat tidak sempurna? Mengapa ia tetap dihormati dan dikenang sebagai orang yang berkenan kepada Tuhan?

Ada salah satu sikap Daud yang Tuhan sukai, yaitu ia seorang yang penurut. Ia sadar ia pernah salah, tetapi kemudian bertobat. Selanjutnya, sikap hati penurut ini tetap ia jaga. Akibatnya, ketika ada permohonannya yang tidak dikabulkan Tuhan, ia tidak protes. Ia sadar bahwa ia sudah menerima anugerah pengampunan dari Tuhan. Ia sudah jadi raja yang diangkat oleh Tuhan. Ia menjadi pemazmur yang disenangi, ia diangkat tinggi, ia diurapi oleh Tuhan.

"Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel…” - II Samuel 23:1

Sebagai seorang raja yang sudah berhasil, apa yang Daud inginkan berikutnya?

Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, berkatalah raja kepada nabi Natan: "Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda." – II Samuel 7:1,2

Daud ingin membangun bait Allah. Ia ingin menyenangkan Tuhan dengan membangun bait Allah. Bukankah itu keinginan yang mulia? Dan bukankah itu yang banyak terjadi di antara kita? Setelah kita sangat diberkati secara materi, berhasil dan sukses di usaha kita, apa yang kita inginkan selanjutnya?

Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami – II Samuel 7:4,5

Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. – II Samuel 7:12,13

Respons Daud selanjutnya adalah ia nurut pada kehendak Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengasihi dia karena ia punya hati yang penurut. Dalam bahasa Inggris dikatakan Daud adalah a man after My own heart, who will do all My will (Kisah 13:22 NKJV). Terjemahan bebasnya kira-kira “orang yang selalu mengikuti hati Tuhan”.

Apakah anda punya hati seperti itu? Apakah anda selalu bertanya kepada Tuhan untuk setiap hal yang ingin anda lakukan? Apakah anda bertanya dulu kepada Tuhan kalau anda ingin membangun bait Allah? Apakah anda bertanya dulu kepada Dia kalau anda ingin membuka pelayanan baru yang akan memuliakan namaNya? Ataukah anda tidak bertanya lagi karena yakin Tuhan pasti senang?

Biarlah kita belajar dari Daud, yang senantiasa nurut Tuhan sekalipun keinginannya yang sangat mulia untuk mendirikan bait Allah tidak dikabulkan Tuhan. Ia tetap dikenang sebagai seorang yang berkenan kepada Tuhan, “a man after My own heart, who will do all My will”