Selasa, 12 Mei 2009

Perjumpaan Ketujuh - Mempersembahkan Ishak

Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." – Kejadian 22:1,1

Sejauh ini Abraham sudah mempersembahkan “segalanya” kepada Tuhan. Perjumpaan pertamanya dengan Tuhan menyebabkan ia harus meninggalkan Ur-Kasdim, kampung halamannya, tempat ia dibesarkan. Ia harus keluar dari lingkungannya yang adalah tempat penyembahan berhala.

”Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran” – Kisah 7:2-4

Perjumpaan keduanya dengan Tuhan mengharuskan ia meninggalkan Haran, tempat ayahnya dikubur. Abraham harus melepaskan diri dari ikatan masa lalu dengan ayahnya yang sudah meninggal dan dikuburkan di Haran. Tidak hanya itu, Tuhan berkata: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;” (Kejadian 12:1). Abraham harus meninggalkan rumah ayahnya yang tentunya merupakan warisan yang ditinggalkan ayahnya kepadanya. Tuhan berbicara dan berjanji cukup detil di sini.

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. – Kejadian 12:1 - 4

Perjumpaan Abraham yang ketiga dengan Tuhan terjadi setelah Lot dipisahkan dari Abraham. Di sini Tuhan juga berbicara cukup detil. Sebelumnya, Tuhan tidak berbicara cukup detil karena Abraham masih bersama dengan Lot. Tetapi setelah Abraham melepaskan Lot, maka Tuhan menampakkan diri dan berbicara dengan sangat detil.

Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN. – Kejadian 13:14 – 18

Perjumpaan yang keempat membuat Abraham harus melepaskan Eliezer, orang yang dianggapnya akan menjadi ahli warisnya.

Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu." - Kejadian 15: 2 – 4

Perjumpaan kelima mengakibatkan sunat, yang melambangkan cela Mesir yang ditanggalkan (Yosua 5:9)

Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku." - Kejadian 17: 9 – 14

Perjumpaan keenam mengharuskan Abraham melepaskan Ismail, anak kandung hasil usaha Abraham untuk menggenapi apa yang Tuhan janjikan.

Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena ia pun anakmu." – Kejadian 21:12, 13

Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga." – Kejadian 17:18 – 21

Perjumpaan ketujuh merupakan puncak dari segalanya. Setahap demi setahap Abraham belajar mempersembahkan segalanya kepada Tuhan. Mulai dari kampung halaman, rumah orang tua, ikatan dengan keluarga, orang kepercayaan, cela Mesir, Ismail, dan akhirnya ... Ishak yang merupakan anak perjanjian. Ishak adalah anak yang dijanjikanTuhan puluhan tahun sebelumnya kepada Abraham. Ishak adalah segalanya bagi Abraham. Pada saat Ishak lahir, kekuatan manusia Abraham dan Sara sudah tidak ada. Ishak adalah penggenapan janji yang Tuhan berikan melalui cara Tuhan sendiri, bukan melalui kekuatan manusia.

Ishak adalah visi atau janji yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing. Mungkin ada orang yang mendapat janji dari Tuhan bahwa ia akan menjadi hamba Tuhan yang dipakai ke seluruh dunia dan menggembalakan banyak orang. Setelah beberapa tahun, nampaknya visi itu mulai menjadi kenyataan dan jelas sekali itu terjadi karena pekerjaan Tuhan sendiri, bukan karena usaha manusia. Tetapi kemudian Tuhan meminta untuk visi tersebut kembali dipersembahkan kepada Tuhan. Dan itu berarti kematian bagi visi tersebut.
Bagi banyak orang, hal itu akan merupakan pengorbanan yang paling menyakitkan. Bagaimana mungkin Tuhan menarik kembali apa yang pernah dijanjikanNya? Bukankah sudah banyak yang harus dilepaskan demi tergenapinya visi tersebut? Bukankah sudah terlalu banyak harga yang dibayar dan proses yang harus dilalui sampai visi tersebut mulai terwujud? Bagaimana mungkin sekarang visi tersebut harus dipersembahkan kembali kepada Tuhan? Apakah Tuhan tidak melihat betapa jauhnya kita sudah berjalan?

Bisa dimengerti kalau untuk terwujudnya suatu visi – apalagi visi dari Tuhan – ada banyak yang harus dibayar dan proses yang harus dilalui. Bukankah itu yang dikatakan Tuhan Yesus?

”...sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya....., (Markus 10:29)

Tetapi bagaimana mungkin kita harus melepaskan visi yang memang Tuhan berikan kepada kita? Rasanya mustahil. Tetapi itulah yang dialami Abraham. Ia mempersembahkan Ishak, yang adalah janji Tuhan, visi dari Tuhan dan yang juga merupakan masa depannya. Ishak adalah segalanya bagi Abraham,... tetapi itu yang diminta Tuhan untuk dipersembahkan.

Apakah yang menjadi ”Ishak” anda? Pekerjaan anda, usaha anda, dreams anda, atau mungkin gereja anda? Atau pelayanan anda? Atau comfort zone anda? Abraham mempersembahkan segalanya, termasuk juga visi, janji yang Tuhan berikan kepadanya. Setelah itu, Ishak yang sudah dipersembahkan menjadi “hidup kembali”. Abraham menunjukkan bahwa Tuhan adalah di atas segala-galanya di dalam kehidupannya, juga di atas visi atau janji yang pernah Tuhan berikan kepadanya. Dan kemudian, tidak tanggung-tanggung Tuhan bersumpah demi diriNya sendiri untuk memberkati Abraham berlimpah-limpah.

kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri -- demikianlah firman TUHAN --: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." – Kejadian 22:16-18

Untuk selanjutnya, Tuhan menyebut Abraham sebagai sahabatNya. Bukan hanya hambaNya atau nabiNya, tetapi juga sahabatNya.

Bukankah Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umat-Mu Israel, dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu itu, untuk selama-lamanya? – II Tawarikh 20:7

Sejauh mana kita mau berjalan bersama Tuhan? Apakah sebatas ”hamba Tuhan”, ataukah kita mau terus meningkatkannya menjadi sahabatNya?