Sabtu, 24 Januari 2009

Belajar dari Musa

Ada beberapa tokoh istimewa di Alkitab yang tidak mencapai semua yang sebenarnya mereka inginkan walaupun mereka sangat mengasihi Tuhan. Mereka punya dream, mereka punya keinginan yang mulia, tetapi tidak dikabulkan Tuhan. Mereka dekat dengan Tuhan, mereka bergaul intim dengan Tuhan, tetapi ada keinginan mereka yang tidak dikabulkan Tuhan.

Tokoh pertama adalah Musa. Kita tahu betapa ia sangat dekat dengan Tuhan. Ia punya hati yang sangat lembut. Ia berbicara berhadapan muka dengan Tuhan. Ia bertemu dengan Tuhan di puncak gunung selama 40 hari 40 malam. Ketika kakaknya, Miryam dan Harun ngomongin dia, Tuhan yang marah kepada mereka. Tuhan yang membela Musa.

Bilangan 12
1 Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.
2 Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.
3 Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.
4 Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga.
5 Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya.
6 Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.
7 Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku.
8 Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?"
9 Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia.
10 Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!
11 Lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami.
12 Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya."
13 Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia."
14 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sekiranya ayahnya meludahi mukanya, tidakkah ia mendapat malu selama tujuh hari? Biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan ke luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali."
15 Jadi dikucilkanlah Miryam ke luar tempat perkemahan tujuh hari lamanya, dan bangsa itu tidak berangkat sebelum Miryam diterima kembali.
16 Kemudian berangkatlah mereka dari Hazerot dan berkemah di padang gurun Paran.

Bukan main! Betapa Tuhan sangat melindungi Musa. Ketika ada pemberontakan yang dilakukan oleh Korah, Datan dan Abiram, Tuhan membela Musa (Bilangan 16:1-35). Musa juga menjadi pembela bangsanya di hadapan Tuhan. Beberapa kali Tuhan tidak jadi memusnahkan bangsa Israel karena Musa berdiri sebagai pendoa syafaat bagi bangsanya. Sepuluh tulah terjadi di Mesir lewat Musa. Laut Teberau terbelah ketika Musa mengangkat tongkatnya. Rasanya, tidak ada doa Musa yang tidak dijawab Tuhan.

Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel - Ulangan 34:10-12

Ketika Musa meninggal dalam usia 120 tahun, kekuatannya belum hilang dan matanya belum kabur. Ia naik sendirian ke Gunung Nebo, melihat negeri perjanjian itu dan kemudian meninggal. Alkitab mencatat, Tuhan sendiri yang menguburkan Musa.

Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini - Ulangan 34:5,6

Pernahkah anda bertemu dengan seorang hamba Tuhan dengan reputasi seperti Musa? Sangat fantastis! Namun demikian, ternyata ada satu permintaan Musa yang tidak dikabulkan Tuhan. Permintaan ini bukan permintaan yang jelek atau jahat, justru permintaan yang baik. Apa itu? Musa meminta supaya ia boleh masuk ke tanah perjanjian. Tetapi karena ia pernah melanggar kekudusan Tuhan, ia tidak diijinkan masuk ke tanah perjanjian.

Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka." - Keluaran 20:12

Akan hal ini, Musa bukannya tidak pernah "bernegosiasi" dengan Tuhan. Ia pernah "membujuk" Tuhan supaya ia diijinkan masuk ke tanah perjanjian.

"Juga pada waktu itu aku mohon kasih karunia dari pada TUHAN, demikian: Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan tangan-Mu yang kuat; sebab allah manakah di langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau? Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon. Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku. Naiklah ke puncak gunung Pisga dan layangkanlah pandangmu ke barat, ke utara, ke selatan dan ke timur dan lihatlah baik-baik, sebab sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi. - Ulangan 3:23-27

Bisakah anda membayangkan, bahwa ada seorang pendoa syafaat yang sangat dekat dengan Tuhan; seorang leader yang diurapi Tuhan; seorang nabi yang pernah berdoa untuk pengampunan atas bangsanya dengan kalimat "...kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis." - Keluaran 32:32; seorang intercessor yang mempertaruhkan masa kekekalannya bersama Tuhan demi pengampunan atas bangsanya; seorang yang intim dengan Tuhan, tetapi kemudian ada permintaannya yang "sederhana" yang ditolak Tuhan? Amazing!


Tetapi yang membuat saya kagum adalah sikap hati Musa yang tetap nurut. Musa tidak protes, tidak doa puasa untuk mengubah keputusan Tuhan. Ia tetap menerima keputusan Tuhan itu. Dan lama setelah itu, ketika Tuhan Yesus dimuliakan di atas gunung, tampaklah dua orang yang bercakap-cakap dengan Dia.

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. - Matius 17:1-3


Mengapa kedua orang ini muncul dan bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus? Saya percaya mereka mempunyai status rohani yang istimewa di hadapan Tuhan. Elia tidak mengalami kematian karena langsung diangkat hidup-hidup ke sorga. Musa memang mati, tetapi tidak ada yang tahu di mana kuburnya, sebab Tuhan yang menguburkan Musa.

Musa tidak mendapatkan apa yang ia rindukan, yaitu masuk ke tanah perjanjian, tetapi ia memperoleh status rohani yang istimewa di hadapan Tuhan karena sikap hatinya yang nurut.

Betapa penting kita memiliki hati yang penurut di hadapan Tuhan sekalipun untuk itu kita mungkin tidak memperoleh apa yang menurut kita baik dan rohani. Ada orang-orang yang punya kerinduan untuk melayani Tuhan sepenuh waktu dan itu sangat baik, tetapi kemudian mengerti bahwa Tuhan menghendaki hal yang lain bagi hidupnya. Sebaliknya, ada orang-orang yang memang Tuhan panggil untuk melayaniNya sepenuh waktu, tetapi mereka sendiri ingin bekerja seperti orang-orang lain.

Biarlah kita belajar dari Musa yang punya sikap hati yang nurut pada kehendak Tuhan, Amin!

Kamis, 22 Januari 2009

Hati Yang Lembut

Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi - Bilangan 12:3

Salah satu tokoh Alkitab yang terkenal adalah Musa, yang dikatakan mempunyai hati yang sangat lembut, lebih lembut dari setiap manusia yang ada di muka bumi. Musa adalah seorang pendoa bagi bangsanya di hadapan Tuhan. Karena doa Musa, Tuhan mengubah pikiranNya. Apakah itu berarti Musa tidak pernah marah? Tidak! Tercatat di Alkitab, Musa marah beberapa kali.

Ia pernah marah sehingga memukul batu untuk mengeluarkan air sehingga akibatnya ia tidak boleh masuk tanah perjanjian (Bilangan 20:10-13; Mazmur 106:32,33). Iapun pernah sangat marah pada Korah, Datan dan Abiram.

Lalu sangat marahlah Musa dan ia berkata kepada TUHAN: "Janganlah perhatikan segala persembahan mereka. Belum pernah kuambil satu ekor keledai pun dari mereka, dan belum pernah kulakukan yang jahat kepada seseorang pun dari mereka." - Bilangan 16:15

Tapi mengapa dikatakan Musa memiliki hati yang sangat lembut? Begitu lembutnya sehingga ketika Harun dan Miryam ngomongin Musa, maka Tuhan yang marah. Tuhan yang membela Musa dan akibatnya Miryam kena kusta selama seminggu. Pernahkah anda membayangkan ada seorang hamba Tuhan yang punya hati sedemikian lembut seperti Musa?

Dalam bahasa Ibrani, kata lembut atau meek yang dipakai adalah anav. Arti kata ini adalah depressed in mind. Musa adalah seorang yang sangat "tertekan". Ia berada di tengah-tengah antara Tuhan dan bangsa Israel. Berkali-kali bangsa Israel memberontak terhadap Tuhan sehingga Tuhan marah. Beberapa kali bangsa Israel mau dimusnahkan tetapi Musa membela bangsanya di hadapan Tuhan.

Bahkan, suatu ketika Musa berkata kepada Tuhan, "Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis." - Keluaran 32:31-32

Karena selalu berdiri di antara "dua kubu", yaitu antara Tuhan dan bangsa Israel, Musa menjadi depressed in mind. Tekanan yang diterimanya membuat hatinya menjadi lembut. Itu sebabnya Musa menjadi peka akan suara Tuhan. Baginya, Tuhan begitu nyata seperti yang dikatakan di Bilangan 12:8.

Hati yang lembut diperlukan untuk bisa mendengar dan menangkap suara Tuhan. Ketika Tuhan membuka telinga kita untuk bisa mendengar suaraNya, kadang-kadang terjadi lewat "aniaya" yang kita alami. Reaksi kita pada saat aniaya itu akan menentukan apakah telinga kita menjadi "terbuka" atau tidak.

Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. - Yesaya 50:5,6

Jika kita ingin memiliki hati yang lembut, ijinkan Tuhan memproses hidup kita. Belajar tidak membela diri ketika disalahmengerti. Hal ini juga dialami Yusuf ketika ia difitnah oleh isteri Potifar dan akibatnya masuk ke dalam penjara. Ada masa ketika ia berusaha membenarkan diri dan meminta pertolongan lewat juru minuman Firaun, yang mengakibatkan dua tahun ia dilupakan (Kejadian 40:14,15, 23;41;1).

Ketika waktunya tiba, ia keluar sebagai seorang leader yang sangat mature. Ia mampu berpikir positif dan memandang bahwa memang Tuhan yang mengutus dia ke Mesir. Ia mampu berkata, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar" (Kejadian 50:20).

Biarlah kita belajar untuk punya hati yang lembut di hadapan Tuhan. Amin!

Jumat, 16 Januari 2009

Nuh, Daniel, Ayub

"Hai anak manusia, kalau sesuatu negeri berdosa kepada-Ku dengan berobah setia dan Aku mengacungkan tangan-Ku melawannya dengan memusnahkan persediaan makanannya dan mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH. (Yehezkiel 14:13,14)

Nuh, Daniel, dan Ayub adalah contoh orang-orang yang istimewa di hadapan Tuhan. Mereka didapati hidup dengan benar, saleh, jujur, bahkan dikatakan tidak bercela. Jika suatu daerah mengalami musibah, maka mereka akan diselamatkan. Yang menarik, mereka punya status yang berbeda di hadapan manusia, tetapi sama-sama dikasihi Tuhan.

1. Nuh - Pemberita Kebenaran - The Preacher
II Petrus 2:5 mengatakan Nuh adalah pemberita kebenaran atau preacher (= pengkotbah). Nuh mewakili para hamba Tuhan, yaitu mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk memberitakan Injil. Nuh mewakili fulltimers, mereka yang melayani Tuhan sepenuh waktu. Ada banyak hamba Tuhan, para fulltimer, tetapi berapa orang yang hidup seperti Nuh, yang “bergaul dengan Allah”? (Kejadian 6:9). Dalam terjemahan KJV dikatakan Nuh itu walked with God, berjalan hand in hand with God. Artinya ia selalu bercakap-cakap dengan Tuhan, mendiskusikan his daily affairs dengan Tuhan. Pada akhirnya Tuhan berkata kepada Nuh, “… Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.” (Kejadian 7:1). Nuh adalah seorang hamba Tuhan yang hidup bergaul erat dengan Tuhan dan kemudian menyelamatkan seluruh isi rumah tangganya.
Apakah anda seorang fulltimer? Apakah anda juga seorang fulltimer yang walk hand in hand with God?

2. Daniel - Karyawan - Employee
Bagaimana dengan Daniel? Daniel adalah karyawan, orang yang bekerja di kantor setiap hari. Daniel mewakili para buruh yang bekerja pada pemerintah atau perusahaan swasta atau instansi tertentu. Daniel adalah gambaran sebagian besar di antara kita yang setiap hari Senin sampai Jumat atau Sabtu, pagi sampai sore, harus bekerja. Kalau Daniel hidup pada masa kini di Jakarta, maka ia harus berangkat pagi-pagi, melalui semua kemacetan untuk sampai di kantornya. Ia harus mengisi daftar hadir, tidak boleh terlambat, pulang kantor jam lima atau setengah enam sore dan mungkin baru tiba di rumah jam delapan malam. Dalam setahun ia hanya boleh cuti 12 hari kerja. Yang luar biasa, ternyata Daniel setia dalam setiap bagian tugasnya sehingga tidak ada kelalaian yang didapati pada pekerjaannya (Daniel 6:5). Tidak hanya itu, Daniel juga memelihara jam-jam ibadahnya. Ia tetap berpuasa, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan seperti yang biasa dilakukannya (Daniel 6:11). Dan yang menarik, Gabriel, sang malaikat berkata, “….engkau sangat dikasihi.” (Daniel 9:23). Daniel bukan seorang fulltimer, tetapi ia sangat dikasihi Tuhan. Doanya didengar oleh Tuhan. Dulu, saya kira kalau saya mau intim dengan Tuhan, maka saya harus fulltime. Tetapi Tuhan menunjukkan bahwa ada orang-orang yang bekerja seperti Daniel tetapi intim dengan Tuhan dan sangat dikasihi Tuhan.

3. Ayub - Pengusaha - Business Owner
Orang ketiga adalah Ayub, yang mewakili para pengusaha, business owner, yang sangat kaya. Kalau kita mempertanyakan apakah orang kaya bisa hidup berkenan kepada Tuhan dan masuk sorga, maka Ayub adalah salah satu contohnya.

“Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan….. orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.” (Ayub 1:1-3).

Ayub bukan fulltimer, Ayub bukan seorang pendeta, bukan seorang gembala sidang. Ia cuma seorang pengusaha yang takut akan Tuhan. Ia hidup jujur, benar dan menjauhi kejahatan. Reputasinya luar biasa sehingga Tuhan sendiri yang memujinya di hadapan iblis.

Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:8)

Dari ketiga orang ini kita bisa belajar bahwa masing-masing mempunyai panggilan dan tugas yang berbeda dari Tuhan. Kita tidak bisa berkata bahwa seorang fulltimer lebih dikasihi Tuhan daripada seorang karyawan atau pengusaha. Apapun profesi kita di dunia ini, kalau kita hidup bergaul dengan Tuhan, kita bisa menyenangkan Dia. Biarlah kita senantiasa didapati setia sedang mengerjakan tugas yang Dia percayakan kepada kita. Amin!

Kamis, 15 Januari 2009

To Know, To Love, and To Serve Him More

Lebih dari 20 tahun yang lalu ada sebuah lagu yang sering dinyanyikan di persekutuan, yang liriknya sbb:

The greatest thing in all my life is knowing You … 2 x
I want to know You more … 2 x
The greatest thing in all my life is knowing You

The greatest thing in all my life is loving You … 2 x
I want to love You more … 2 x
The greatest thing in all my life is loving You

The greatest thing in all my life is serving You … 2 x
I want to serve You more … 2 x
The greatest thing in all my life is serving You

Mengenal Tuhan, dan terus punya kerinduan untuk mengenal Dia lebih dalam lagi merupakan hal yang sangat penting. Tidak cukup kita mengenal Dia hanya sebagai Juruselamat kita, tetapi kita juga perlu mengenal Dia sebagai Gembala kita, yang menuntun hidup kita sehari-hari. Kita juga perlu mengenal Dia sebagai Allah yang menyembuhkan. Kita perlu mengenal Dia sebagai Allah yang menyediakan, sebagai Sang Damai, sebagai Jehovah Nissi, sebagai El-Shaddai, juga sebagai Bapa Yang Kekal. Pengenalan kita akan Tuhan akan mempengaruhi pertumbuhan iman kita, bahkan mempengaruhi sejauh mana kita bisa menikmati anugerah yang Dia berikan (II Petrus 1:2).

Firman Tuhan di Hosea 4:6 berkata, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah… (lack of knowledge- KJV)”. Jika kita tidak cukup mengenal Tuhan, walaupun kita sudah menjadi umat tebusanNya, kita bisa binasa. Dengan mudah iblis akan memperdayakan kita. Lack of knowledge atau kurang mengenal Tuhan, merupakan salah satu penyebab mengapa doa kita tidak dijawab.

“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa…” (Yakobus 4:3). Karena tidak cukup mengenal Tuhan, kita tidak mengerti apa yang harus kita minta, apa yang tidak boleh kita minta, dan apa yang cukup kita akui sebagai bagian yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Akibatnya, kita tidak mengalami apa yang dijanjikan bagi orang percaya.

Kitab Daniel juga mencatat dampak dari pengenalan akan Tuhan: “… umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.” (Daniel 11:32). Jika kita semakin kenal Tuhan, kita akan semakin kuat. Terjemahan KJV dari Amsal 24:5 berkata, “A wise man is strong; yea, a man of knowledge increaseth strength”. Siapakah yang disebut wise atau bijak atau berhikmat? Amsal 9:10 mengatakan “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”. Mengenal Tuhan membuat manusia rohani kita semakin kuat.

Di dalam Filipi 3:10, Paulus menyatakan kerinduannya, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia…“. Tidak hanya itu, ia bahkan mendoakan jemaat di Efesus supaya “... mengenal Dia dengan benar” (1:17).

Hosea 6:6 juga berkata, “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran”

Jadi, mengenal Tuhan merupakan hal yang sangat penting. Jika kita semakin mengenal Dia, maka cinta kasih kita kepadaNya pun akan bertambah. Hal ini berbeda dengan pengalaman sebagian orang yang setelah menikah dan semakin mengenal pasangannya justru semakin berkurang cintanya karena banyaknya kekurangan yang dulu disembunyikan pada masa pacaran (itu sebabnya perlu melibatkan Tuhan dalam memilih pasangan hidup, agar tidak salah pilih).

Mengenal Tuhan tidak seperti itu. Mengenal Tuhan semakin dalam akan membuat kita semakin mengasihi Dia, semakin jatuh cinta padaNya, dan semakin kagum akan pribadiNya yang sangat baik, sangat gentle, dan penuh kasih. Dan akhirnya, cinta kita kepadaNya akan mendorong kita untuk melayani Dia seumur hidup kita.

Ketika Tuhan Yesus berkata kepada Petrus untuk menggembalakan domba-dombaNya, terlebih dahulu Ia bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku?” (Yohanes 21:15-17). Jadi, apapun yang kita kerjakan saat ini, kalau kita katakan itu sebagai pelayanan kita kepada Dia, hal itu harus dilakukan karena kita mengasihi Dia. Kita bisa semakin mengasihi Dia kalau kita terus bertumbuh dalam pengenalan kita akan Tuhan. Selanjutnya, semakin lama kita melayani Dia, kita akan semakin mengenal Dia, mengenal kuasaNya, mengenal pribadiNya, yang membawa kita semakin mengasihi Dia, yang kemudian membawa kita semakin ingin melayani Dia… dst.

Itu sebabnya, kita banyak bertemu dengan banyak orang yang makin lama makin giat melayani Tuhan, bahkan tidak sedikit yang kemudian beralih profesi menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu. Mereka sadar sekali keindahan to know Him more, to love Him more, and to serve Him more….
Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." - Hosea 6:3

Selasa, 13 Januari 2009

Mesir, Padang Gurun, Kanaan

Bila kita membaca perjalanan hidup bangsa Israel mulai dari Mesir melewati padang gurun sampai tiba di Kanaan, banyak hal bisa kita pelajari. Setidaknya, ketiga wilayah tersebut – Mesir, padang gurun, dan Kanaan – bisa menggambarkan kondisi kehidupan kita.

1. Mesir
Ketika bangsa Israel tinggal di Mesir, mereka ada dalam perbudakan. Pada awalnya tidaklah demikian. Keturunan Yakub itu datang dan tinggal di tanah Gosyen dan menikmati apa yang paling baik di Mesir. Firaun sendiri menyambut mereka, yang waktu itu jumlahnya belum terlalu besar (Kejadian 45, 46).

Tetapi ketika Yusuf sudah meninggal dan jumlah mereka bertambah besar, bahkan berlipat kali ganda dengan dahsyat sampai melebihi penduduk asli (Keluaran 1:6-9), bangkitlah seorang raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Rupanya Yusuf tidak melakukan kaderisasi, tidak melakukan pemuridan. Barangkali bangsa Israel sudah terlena, menikmati yang terbaik, berada di comfort zone dan membiarkan urusan pemerintahan ditangani orang Mesir sepenuhnya.

Akibatnya, raja baru tersebut mulai menindas mereka dengan kerja paksa. Uniknya, semakin ditindas, malah semakin berkembang banyak dan membuat orang Mesir takut kepada mereka (Keluaran 1:11-14). Mereka mulai ditekan dan mulai mengalami kekejaman orang Mesir. Mereka harus bekerja dan hasilnya nyaris cukup bahkan tidak cukup untuk hidup mereka.

Ini gambaran ketika kita berada dalam perbudakan dunia. Kita bekerja, banting tulang, peras keringat, tapi tidak pernah cukup. Ada istilah P14 - Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan Potong Pajak Potong Pinjaman Pinggang Pegal-Pegal. Mazmur 127:2 menggambarkan ini dengan jelas: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah”.

Apakah anak Tuhan tidak perlu bekerja? Jelas perlu! Paulus mengatakan, “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (II Tesalonika 3:10). Tetapi ada situasi yang begitu rupa sehingga sepertinya tidak ada yang dihasilkan. Inilah gambaran kehidupan di Mesir, yaitu kehidupan yang not enough.

2. Padang Gurun
Ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka mengalami banyak mujizat. Bahkan, sebelum keluar dari Mesir ada sepuluh tulah yang dialami orang Mesir, tetapi tidak mereka alami. Mereka dibedakan dari yang lain. Bahkan, Laut Teberau terbelah ketika mereka melangkah untuk menghindari kejaran tentara Mesir.

Selanjutnya, mereka harus melalui padang gurun, bahkan selama empat puluh tahun karena ketidaktaatan mereka. Selama di padang gurun, mereka tidak pernah kekurangan. Setiap hari ada manna yang turun dari sorga untuk makanan mereka. Tuhan memelihara umatNya yang jumlahnya mungkin mencapai 2 juta orang, berjalan di padang gurun. Alkitab berkata, matahari tidak menyakiti mereka pada waktu siang, maupun bulan pada waktu malam. Tuhan berjalan bersama mereka, menjadi tiang awan pada waktu siang dan tiang awan pada waktu malam. Pakaian dan sepatu mereka tidak rusak. Semua terpelihara dengan baik.

Walaupun demikian, manna yang mereka harus ambil setiap pagi, hanya cukup untuk satu hari. Yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan. Masing-masing mengambil manna sesuai dengan jumlah keluarga mereka masing-masing (Keluaran 16:16-26). Mereka tidak bisa dan tidak boleh menyimpan manna itu untuk hari berikutnya, kecuali kalau menjelang hari Sabat.

Pada masa ini, mereka diajar untuk hidup mengandalkan Tuhan day by day. Bagi mereka yang baru mengenal Tuhan, hal ini sering terjadi. Kalaupun bekerja, hasilnya pas-pasan. Pas butuh pas ada. Saat dibutuhkan, saat itu juga tersedia. Hal ini awalnya sangat sulit karena diajar untuk “berjalan di atas air”, diajar hidup “berdasarkan iman”.

Ketika mereka di padang gurun, tidak ada yang dikerjakan kecuali memungut manna setiap pagi dan mengolahnya untuk dimakan pada hari itu. Tentu ada jam-jam ibadah seperti yang Tuhan perintahkan, tetapi tidak ada kesempatan untuk membuka kebun dan bercocok tanam. Mereka harus berpindah-pindah terus selama empat puluh tahun di padang gurun. Mereka tidak bisa menabung. Semua yang mereka peroleh segera habis pada hari yang sama. Hidup mereka ada pada fase just enough.

Pernahkah anda berada pada kondisi tersebut? Atau, inikah kondisi yang anda alami saat ini? Jangan berhenti di sini! Maju terus ke tanah perjanjian! Padang gurun cuma tempat untuk dilewati bersama Tuhan.

3. Kanaan
Kanaan adalah tanah yang Tuhan janjikan ketika mereka masih berada di Mesir. Inilah tempat tujuan mereka. Di tanah ini, tidak ada manna lagi, Mereka harus bekerja. Bahkan, ketika mereka sudah di Gilgal sebelum merebut Yerikho, Alkitab berkata, “Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan." (Yosoua 5:12).

Berkali-kali disebutkan di Kitab Ulangan bahwa tanah perjanjian ini adalah “suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu.” (Ulangan 27:3). Di tempat ini, penghasilan mereka tidak lagi day by day, tetapi begitu berlimpah sehingga simpanan mereka bertambah banyak. Bahkan, Musa berkata, “ Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apa pun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga. Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu” (Ulangan 8:7-10)

Bukankah luar biasa? Kalau sebelumnya mereka berada di Mesir – not enough -, lalu pindah ke padang guru – just enough­ – sekarang mereka berada di Kanaan, tanah perjanjian yang memberikan more than enough. Ini bukan sorga, tetapi ini gambaran kehidupan di dunia dengan berkat-berkat Tuhan yang berlimpah.

Kanaan adalah tanah perjanjian yang harus direbut. Sudah diberikan Tuhan, tetapi harus “ditaklukkan” sesuai dengan pimpinan Tuhan. Itu sebabnya, sebelum masuk tanah perjanjian, mereka harus lewat padang gurun, tempat latihan untuk belajar percaya dan taat kepada Tuhan.

Di tanah ini, tidak ada batas berkat yang bisa diperoleh. Sejauh mana kita percaya dan mengolahnya sesuai dengan tuntunanNya, sebanyak itulah berkat kita. Ketika Yosua sudah bertambah tua, Tuhan berkata "Engkau telah tua dan lanjut umur, dan dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki.” (Yosua 13:1).

Pernahkah anda berpikir bahwa masih sangat banyak yang Tuhan sediakan bagi kita? Ketika Tuhan memberikan ikan kepada Petrus dan kawan-kawannya, maka perahu mereka tidak mampu menampung ikan yang tertangkap (Lukas 5:7). Ketika Tuhan memberi makan lima ribu orang laki-laki, ditambah wanita dan anak-anak, masih ada sisa dua belas bakul penuh roti (Yohanes 6:13). Dia selalu memberi lebih dari cukup. Seorang hamba Tuhan berkata bahwa “He is the God Who is More Than Enough”

Di manakah anda berada saat ini? Not enough, just enough, atau more than enough? Masing-masing tentu ada masanya. Ada masa tinggal di Mesir, ada masa melalui padang gurun, dan ada masa memasuki, menaklukkan dan tinggal di Kanaan. Mesir adalah tempat di mana Tuhan memanggil kita, padang gurun merupakan tempat latihan sebelum menaklukkan Kanaan. Biarlah kita cepat menangkap semua pelajaran yang Dia berikan, agar kita bisa dituntunNya memasuku tanah perjanjian, Kanaan yang disediakan bagi kita. Amin!

Senin, 12 Januari 2009

Prajurit, Olahragawan, Petani

Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. – 2 Timotius 2:4-6

Menjelang akhir hidupnya, Paulus menulis surat yang sangat penting bagi Timotius yang adalah anak rohaninya. Pesan tersebut merupakan hal-hal mendasar dan juga praktis untuk diterapkan bagi mereka yang mau melayani dan menyenangkan Tuhan.

Ada tiga model yang disampaikan Paulus dalam suratnya tersebut, yaitu sebagai prajurit, sebagai olahragawan, dan sebagai petani. Urutannya pun tidak terbalik. Yang pertama sebagai prajurit, yang kedua sebagai olahragawan, dan yang ketiga sebagai petani.

1. Sebagai Prajurit
Seorang prajurit berusaha untuk berkenan kepada komandannya. Dengan demikian, pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari prajurit adalah sikap hati yang mau berkenan kepada komandannya. Sebagai prajurit, Komandan kita adalah adalah Tuhan Yesus. Apapun yang kita kerjakan haruslah dengan kerinduan untuk menyenangkan Dia, untuk berkenan kepada Dia. Mungkin kita tidak dipanggil untuk melayaniNya full time. Mungkin kita seorang karyawan, direktur atau pengusaha, tapi biarlah hidup kita tetap berkenan kepadaNya.
Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? – I Korintus 9:7a
Hal kedua yang bisa dipelajari dari seorang prajurit adalah ia pergi berperang tidak dengan biaya sendiri. Semua yang dibutuhkan untuk berperang, baik transportasi, senjata dan peluru yang digunakan, akomodasi dll disediakan oleh negara yang mengutusnya. Tentunya hal ini tidak berlaku kalau sang prajurit pergi ke medan tempur dengan inisiatif sendiri.
Wah, hal ini sangat melegakan saya! Kalau saya “pergi berperang”, kalau saya melakukan apa yang Dia ingin untuk saya kerjakan, maka “biaya yang dibutuhkan” bukan menjadi tanggung jawab saya, tetapi menjadi tanggung jawab Dia yang mengutus saya.
Seringkali di dalam pelayanan kita sibuk menggalang dana untuk suatu acara dan bahkan setelah itu dananya tetap tidak cukup. Mungkin yang harus jadi pertanyaan adalah, apakah acara tersebut merupakan “medan perang” yang Tuhan perintahkan kepada kita? Kalau suatu acara diadakan dengan tujuan baik, mulia, rohani, bahkan Alkitabiah, tetapi bukan yang Tuhan perintahkan kepada kita, maka kitalah yang harus menanggung biaya yang dibutuhkan. Mazmur 127:1 berkata, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”
Apakah anda punya visi untuk membuka pelayanan baru? Apakah anda punya visi untuk membuat perusahaan yang akan memuliakan Tuhan? Apakah anda rindu sekoah lebih tinggi? Jika keinginan itu lahir dari Tuhan, maka biaya yang dibutuhkan pasti Dia sediakan dengan caraNya sendiri, pada waktu yang tepat.

2. Sebagai Olahragawan
Seorang olahragawan harus bertanding sesuai dengan aturan yang berlaku, jika tidak ia akan kena diskualifikasi. Di dalam pelayanan, hal ini juga berlaku. Apakah kita mengikuti aturan-aturan rohani yang ada? Apakah kita mengerti jalan-jalanNya? Bangsa Israel tidak masuk ke Tanah Perjanjian karena mereka tidak mengenal jalan-jalanNya (ways of God atau cara kerjaNya). Mereka punya janji Tuhan untuk masuk ke Tanah Perjanjian, tetapi mereka tidak mengerti cara kerjaNya sehingga mereka tidak masuk ke tanah tersebut.
Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: "Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku." – Mazmur 95:10
Apakah kita mengenal jalan-jalanNya? Apakah kita mengerti cara kerjaNya? Apakah kita mengerti isi hatiNya? Sangat penting kita mengenal cara kerjaNya. Untuk itu kita perlu bergaul akrab denganNya seperti Musa.
Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel – Mazmur 103:7
Hal kedua yang bisa dipelajari dari seorang olahragawan adalah mereka bertanding dengan sasaran untuk menang. Mereka tidak bertanding karena partisipasi, tetapi mereka bertanding untuk menjadi juara. Karena itu mereka berlatih dengan segenap hati selama bertahun-tahun untuk bisa merebut mahkota dalam suatu pertandingan yang mengkin cuma diadakan beberapa tahun sekali. Paulus mengatakan hal ini dalam I Korintus 9:24, “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!”

Bagaimana dengan kita? Apakah kita pelayanan hanya sekedarnya? Hanya partisipasi? Kita tidak harus full time, tetapi apakah setiap tugas yang dipercayakan sudah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh? Bukankah dari Tuhan kita akan menerima bagian yang ditentukan sebagai upah? “Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Kolose 3:24).

Hal ketiga yang bisa kita pelajari, seorang olahragawan menguasai dirinya dalam berbagai hal supaya ia bisa fit pada waktu pertandingan dan akhirnya menjadi juara. 20- 30 tahun lalu saya membaca petenis terkenal Martina Navratilova yang menu makanan hariannya diatur dengan program komputer. Luar biasa! Selesai latihan, ia tidak bisa semaunya makan ketoprak atau gado-gado atau pizza sesukanya. Ada takaran menu yang ketat agar dia bisa maksimal dalam pertandingannya. Demikian juga petenis pria Bjorn Borg, juara Wimbledon. Ketika sudah tenar, maka setiap lembar kain yang menempel di tubuhnya adalah iklan yang memberikan income sangat besar nilainya.

Saya punya teman seorang worship leader dan pencipta lagu yang sangat selektif memilih makanan dan minuman agar pita suaranya terpelihara dengan baik. Ketika selesai pelayanan kami dijamu makan dengan panitia, sementara yang lain memesan berbagai macam makanan dan minuman, ia selalu memilih minum air jeruk hangat. Menurutnya, hal itu dilakukan agar pita suaranya terpelihara dengan baik.

Bagaimana dengan anda? Jika ada hal-hal khusus yang Tuhan minta untuk anda lakukan sehubungan dengan panggilan anda, apakah akan anda kerjakan dengan segenap hati sekalipun anda akan dianggap “ekstrim” oleh teman-teman anda?

3. Sebagai Petani
Prinsip pertama yang bisa kita pelajari dari petani adalah prinsip menabur. Petani mengerti prinsip ini sehingga ia rela menunggu untuk waktu yang cukup lama agar benih yang ia tabur bisa bertumbuh dan menghasilkan tuaian. Ini prinsip iman. Apa yang kita kerjakan selama beberapa waktu mungkin tidak terlihat hasilnya. Tetapi jika kita tahu bahwa hal itu kita kerjakan dalam ketaatan kepada Dia, maka pada waktunya kita akan menuai.
Seorang petani mengerti bahwa untuk memperoleh tuaian, ia harus menabur dulu. Ia harus punya modal, kemudian ia harus menyirami terus benih yang telah ditaburnya dan menjaganya siang malam dari serangan hama atau hewan-hewan tertentu yang bisa mengancam panennya.
Seorang petani mengerti prinsip ketekunan. Seorang petani mengeri prinsip kerja keras. Apakah anda cukup tekun? Apakah anda seorang pekerja keras? Paulus berkata, seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasilnya.

Tiga prinsip ini: prajurit, olahragwan, dan petani harus menjadi dasar bagi apapun yang kita kerjakan untuk bisa menyenangkan Dia, Tuhan di atas segala tuan, Raja di atas segala raja. Amin!

Jumat, 09 Januari 2009

Padang Gurun

Di dalam kehidupan kita, kadang-kadang kita mengalami “padang gurun”, yaitu tempat-tempat yang gersang, panas, tidak ada air… Hidup kita rasanya selalu “pas-pasan”, tidak ada tuaian yang berlimpah, bahkan harus “irit-irit”. Setiap hari harus berjalan “dengan iman”, mengharapkan manna yang turun dan hanya cukup untuk satu hari, persis seperti bangsa Israel yang baru keluar dari tanah Mesir. Apakah anda pernah mengalaminya? Atau justru saat ini sedang mengalaminya? Pada saat-saat seperti itu, mungkin kita bertanya, “Di mana Tuhan?”
Penulis kitab Mazmur 42 juga mengalaminya dan berkata, “Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?" (ayat 4). Dari Mazmur inilah kemudian lahir lagu yang menurut saya termasuk paling banyak dinyanyikan di persekutuan dari sejak tahun 80-an sampai sekarang. Lagu itu sendiri diciptakan oleh Martin Nystrom yang judul aslinya “As the Deer” dan dalam bahasa Indonesia teksnya sebagai berikut…


S’perti rusa rindu sungaiMu, jiwaku rindu Engkau…
Kaulah Tuhan hasrat hatiku, kurindu menyembahMu…
Engkau kekuatan dan perisaiku…KepadaMu rohku berserah ….
Kaulah Tuhan hasrat hatiku ….Ku rindu menyembahMu…

Beberapa tahun kemudian … seorang anak Tuhan menambahkan sepotong bait tambahan yang keluar dari hatinya …

Yesus…. Yesus… Kau berarti bagiku…
Yesus… Yesus … Kau segalanya bagiku


Sebenarnya, padang gurun merupakan tempat di mana kita bisa menyanyikan lagu tersebut dengan penuh kesungguhan. Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya mulai sungguh-sungguh ikut Tuhan, saya mulai mengalami “padang gurun”. Saya sempat protes, kok malah mengalami banyak hal yang tidak enak? Dibandingkan dengan teman-teman yang lain, yang “biasa-biasa saja”, kok kayanya hidup mereka lebih enak?

Belakangan Tuhan mengajar bahwa padang gurun adalah salah satu tempat favourite-Nya untuk membentuk anak-anakNya. Lalu Dia menunjukkan bahwa hamba-hambaNya dibawa melewati padang gurun, misalnya Abraham, Jacob, Yusuf, Daud, dan Musa. Mereka harus melalui padang gurun walaupun pada awalnya hidup mereka nampaknya enak.

Abraham dituntun Tuhan, tetapi harus lewat padang gurun. Jacob diberkati Ishak, tetapi harus sendirian lewat padang gurun. Yusuf memulai hidupnya sebagai anak yang sangat disayang oleh ayahnya, tetapi kemudian harus lewat padang gurun. Demikian juga Daud yang sudah diurapi sebagai raja tetapi kemudian harus melalui padang gurun selama belasan tahun sebelum akhirnya benar-benar diangkat menjadi raja atas Israel.

Musa juga mengalami hal yang sama. Lahir dan dipelihara sebagai anak dari puteri Firaun, sekolah di Mesir, berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya, tetapi kemudian harus lari dan tinggal di padang gurun. Empat puluh tahun harus dia lalui sebelum Tuhan panggil sebagai leader atas bangsa Israel.

Lalu, bangsa Israel sendiri harus melalui padang gurun, setelah sebelumnya mengalami mujizat, dibedakan dari yang lain ketika sepuluh tulah menimpa orang Mesir. Bahkan, mereka mengalami mujizat Laut Teberau yang dibelah Tuhan untuk menyelamatkan mereka dari kejaran orang Mesir. Lebih dari 22 ayat dalam Keluaran 15 berisi pujian kepada Tuhan karena telah membuat mujizat yang luar biasa….tetapi kemudian mereka melalui padang gurun.

Tuhan Yesus sendiri, setelah dibaptis dan penuh dengan Roh Kudus, dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun (Lukas 4:1). Di situlah Ia dicobai Iblis untuk kemudian siap masuk dalam pelayananNya.

Mengapa Tuhan membawa kita ke padang gurun? Kalau ada kesalahan kita, tentu kita perlu bertobat. Tetapi, kalau setelah kita cek dan doakan, hati kita tidak menuduh kita, maka kita bisa bersukacita karena Tuhan sedang membentuk kita lewat padang gurun. Jangan lari! Hadapi dengan penuh sukacita.

Apa hasil dari padang gurun? Lukas 4:14 berkata “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu”. Hasil dari padang gurun adalah power. Tentunya ketika kita lulus dalam semua ujian yang Tuhan berikan kepada kita.

Kaleb di Yosua 14:10 berkata, “Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;”

Ia telah mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh dan berada di padang gurun selama lebih dari 40 tahun. Kemudian ia berkata, “pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.” (ayat 11).

Kaleb memperoleh kekuatan ilahi sehingga walaupun usianya sudah 85 tahun, ia tetap perkasa dan kemudian meminta Hebron, tanah yang paling subur dan dihuni oleh raksasa yang paling besar. Ia mengalahkan semua raksasa tersebut dan kemudian merebut Hebron.

Apakah anda ingin merebut Hebron? Apakah anda ingin yang terbaik dari yang terbaik? Jangan lari dari padang gurun, jangan lari dari didikan Tuhan. Setia lakukan bagian kita masing-masing, dan pada waktunya, Tuhan sendiri yang akan mengangkat kita. Haleluyah!

Kamis, 08 Januari 2009

Lembah Kekelaman

Beberapa tahun yang lalu ada sebuah lagu yang ditulis oleh Pdt. DR. Ir. Niko N. yang liriknya sebagai berikut…

Sekalipun aku dalam lembah kelam
Ku tak takut s’bab Kau besertaku
Sekalipun badai topan dating menerpa
Ku tak gentar s’bab Kau di sisiku

Aku percaya….
BerkatMu atasku melimpah
Kebajikan, kemurahan s’lalu mengikutiku
Ku puji, ku sembah Kau Yesus ….

Lagu tersebut diambil dari Mazmur 23, salah satu Mazmur yang paling terkenal, yang ditulis oleh Raja Daud, orang yang berkenan kepada Tuhan, ribuan tahun yang lalu.

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. – Mazmur 23

Daud berkata, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman" (the valley of death) atau lembah bayang-bayang maut dalam terjemahan lama…”. Padahal, kalimat sebelumnya berkata, “Ia menuntun aku di jalan yang benar …”. Artinya, walaupun kita dipimpin Tuhan, dan dibimbing olehNya di jalan yang benar, ada saat-saat di mana kita melewati lembah kekelaman, tempat yang kita tidak suka. Ini adalah tempat yang mengerikan. Beberapa hamba Tuhan berkata, itu gambaran tempat berbahaya di mana sering terjadi perampokan yang dilakukan oleh sekelompok penyamun.

Tuntunan Tuhan tidak selalu berarti lewat jalan tol, jalan bebas hambatan, lewat jalan yang terang benderang. Kadang-kadang, jalan tersebut melalui tikungan berbahaya, melewati kegelapan malam tanpa lampu yang sedapat mungkin kita hindari. Tapi yang menarik, Daud boleh berkata bahwa ia tidak takut bahaya karena dia tahu Tuhan yang menuntun dia.

Mengapa Tuhan membawa kita lewat lembah kekelaman?

Ada beberapa hal yang Tuhan kerjakan pada waktu kita lewat lembah tersebut.
1. “GadaMu dan tongkatMu menghibur aku”. Gada melambangkan the power of God. Ketika kita lewat lembah kekelaman karena tuntunan Tuhan, maka ada mujizat yang terjadi, yang tidak terjadi di tempat lain. Tuhan membawa kita supaya kita bisa melihat kemuliaanNya dinyatakan dalam hidup kita.



2. Tongkat melambangkan guidance. Ada tuntunan Tuhan yang semakin jelas ketika kita lewat lembah kekelaman. Ketika semuanya berjalan lancer, biasanya kita menjadi kurang peka atas suaraNya. Tetapi saat kita melewati krisis, maka kita menjadi alert, menjadi terjaga dan berusaha sungguh-sungguh agar bisa terus mendengar suaraNya.



3. Tongkat juga melambangkan otoritas. Saat lewat lembah kekelaman, kita akan bisa melihat, mengalami, bahkan mempraktekkan otoritas yang Tuhan berikan kepada kita sebagai orang percaya. Ada kuasa perkataan, kuasa doa, yang semakin kuat ketika kita melalui tempat ini.



4. “Engkau menyediakan hidangan di hadapan lawanku”. Ada penyediaan, provision, yang Tuhan berikan di tengah-tengah masalah yang tengah kita hadapi. Dan yang menarik, Tuhan yang menyediakan, bukan kita. Artinya, bukan usaha kita. Terjemahan Inggris berkata “… prepare a table”…. Artinya bukan sekedar makanan, tetapi hidangan lengkap, dengan mejanya yang tertata rapih ada waiter, pelayan yang melayani saat menikmati hidangan tersebut. Bukan main! Itu kita alami ketika lewat lembah kekelaman



5. “Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak”. Ada pengurapan yang hanya kita terima ketika lewat lembah kekelaman. Janji Tuhan di Yesaya 10:27 “dan kuk itu akan dihancurkan oleh urapan” (King James Version). Pengurapan itu akan menghancurkan semua pekerjaan iblis atas hidup kita. Pengurapan yang Ia berikan juga akan melimpah ke lingkungan di mana kita berada. Akibatnya, tidak hanya kita yang mengalami jamahan Tuhan, tetapi keluarga kita, pelayanan, kantor dan bisnis kita juga akan mengalami jamahan Tuhan.



6. Lembah kekelaman merupakan tempat yang tepat untuk kita memperkatakan iman kita seperti Daud, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku”. Artinya, sekalipun kondisi nampaknya bertolak belakang, kita tetap bisa mempercayai Tuhan yang akan membuat segala sesuatu menjadi baik bagi mereka yang mengasihi Dia sesuai dengan janjiNya di Roma 8:28.



7. Lembah kekelaman juga merupakan tempat di mana kita bisa berkata “Aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”. Ketka segala sesuatu berjalan lancar dan enak seperti yang selalu diinginkan daging kita, dengan mudah kita bisa berkata bahwa kita akan selalu mengikut Dia. Tetapi ketika kita mengalami masa-masa yang tidak enak, itulah saat yang tepat dan teruji untuk berkata, “Aku akan tetap mengikut Dia seumur hidupku” Let’s celebrate Him forever!

Selasa, 06 Januari 2009

Lembah Air Mata

Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! Apabila melintasi lembah Baka (the weeping valley), mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion - Mazmur 84:5-8

Bertahun-tahun yang lalu ada sebuah lagu terkenal yang ditulis oleh Pdt. Ben Soriton, yang liriknya sebagai berikut…

Ya Tuhan ku percaya……aku percaya ….
Lewati lembah air mata… aku percaya….
FirmanMu ya dan amin….aku percaya….
Kem’nangan sudah Kau jamin....
Aku percaya…

Lembah air mata adalah tempat yang seringkali tidak mau dilalui oleh banyak orang. Siapa sih yang mau berduka? Tempat itu identik dengan masalah, kegagalan, persoalan yang tidak kunjung selesai dan kepedihan yang rasanya tidak berkeputusan. Bukankah Tuhan berjanji menyediakan sukacita bagi kita yang percaya kepadaNya? Bahkan Mazmur 16:11 berkata “…. di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senan-tiasa”.

Jadi, jika seseorang sedang melalui lembah air mata, dengan mudah kita akan berkata, “Wah,… pasti ia telah melakukan dosa besar,…. mungkin ada kutuk yang belum diputuskan…. mungkin ia seorang pemberontak….. mungkin ia tidak rajin ke gereja…. mungkin ia lari dari panggilan Tuhan…” …dst.

Benarkah demikian? Mazmur 84 di atas menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar. Kadang-kadang Tuhan membawa kita melalui lembah air mata, bukan karena kesalahan kita.

Ayat tersebut menunjuk kepada mereka:
1. Yang diam di rumah Tuhan … artinya rajin beribadah
2. Yang terus-menerus memuji-muji Tuhan…. artinya suka praise and worship
3. Yang kekuatannya di dalam Tuhan…. artinya mengandalkan Tuhan
4. Yang berhasrat mengadakan ziarah …. artinya hatinya tertuju kepada Tuhan

Dikatakan “apabila melewati lembah Baka….”…artinya bisa terjadi atau kadang-kadang, hidup mereka harus melalui lembah Baka atau the weeping valley dalam bahasa Inggris, atau Lembah Penangisan dalam terjemahan lama. Mereka tidak seterusnya tinggal di lembah tersebut. Mereka hanya lewat. Mereka hanya berjalan melaluinya.

Mengapa Tuhan membawa mereka melalui lembah tersebut? Tentunya Dia punya rencana yang indah, sesuai dengan janjiNya di Yeremia 29:11. Ayat-ayat berikutnya mengatakan apa yang terjadi ketika mereka melalui lembah air mata:
1. Mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air…artinya mereka mengubah kedukaan menjadi tempat yang penuh sukacita
2. Hujan awal musim menyelubunginya dengan berkat ….artinya ada berkat-berkat yang hanya bisa mereka terima kalau mereka melalui lembah air mata
3. Mereka berjalan makin lama makin kuat ….from strength to strength….artinya kekuatan mereka bertambah ketika melalui lembah air mata
4. Mereka hendak menghadap Allah di Sion… artinya hati mereka semakin terpaut kepada Tuhan ketika melalui lembah air mata

Jadi, jika kita sedang melalui lembah air mata, kita perlu memeriksa diri kita. Apakah ada dosa atau kesalahan yang belum dibereskan? Kalau tidak ada, itu saatnya kita mengucap syukur karena Tuhan sedang membawa kita untuk mengubah tempat tersebut jadi tempat yang penuh sukacita. dan ada berkat yang akan kita terima. Tidak hanya itu, kekuatan dan kasih kita kepadaNya juga akan semakin bertambah. Hallelujah!

Senin, 05 Januari 2009

Work Hard – Work Smart – Work (led) by the Spirit

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk meraih janji-janji yang Tuhan berikan di tahun 2009.

1. Work Hard


  • Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, …. - Pengkotbah 9:10a
  • Work hard at whatever you do… (Contemporary English Version)

Orang-orang sukses ditandai dengan ciri yang sama, yaitu mereka suka bekerja keras. Mereka mengisi waktu mereka dengan sebaik mungkin sehingga hampir tidak ada waktu lowong yang tersisa. Kerja keras merupakan satu kualifikasi yang dibutuhkan jika kita ingin tampil beda di antara kebanyakan orang. Thomas Alva Edison berkata, “jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat”. Artinya, untuk menjadi orang yang disebut jenius, menurut Thomas Alva Edison, diperlukan 99% kerja keras. Jika anda ingin berhasil di tahun 2009, anda perlu kerja keras, anda perlu hard work. Jangan malas! Alkitab berkata “Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.” (Amsal 12:24)

2. Work Smart
Tidak cukup hanya dengan work hard, kita juga perlu work smart. Orang yang bekerja dengan cerdik bisa menghemat banyak tenaga, waktu dan sumber daya lainnya. Alkitab mencatat orang-orang yang dipakai Tuhan, mereka berkata dengan cerdik, mereka bertindak dengan cerdik, berperang dengan siasat sehingga memperoleh hasil yang maksimal.


  • Lalu berkatalah Daniel dengan cerdik dan bijaksana kepada Ariokh….. (Daniel 2:14)
  • …..sebab telah dikatakan orang kepadaku, bahwa ia (Daud) sangat cerdik (I Samuel 23:22)
  • …sebab itu berperanglah dengan siasat (Amsal 20:18)

Tuhan Yesus juga berkata “hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16). Ia juga berkata “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang" (Lukas 16:8).



Kalau kita tidak cerdik, di tengah-tengah dunia yang penuh persaingan yang tidak sehat ini, kita akan tertipu terus. Kita perlu bertindak dengan cerdik, karena itu kita perlu memperlengkapi diri kita dengan berbagai pengetahuan yang diperlukan sesuai dengan lingkup kerja kita di market place.


Jika kita seorang salesman, kita perlu terus memperdalam people skill kita sehingga kita bisa mencapai omzet penjualan yang tinggi. Jika kita seorang yang sedang dipersiapkan untuk menjadi general manager atau country director misalnya, mungkin kita perlu memperdalam kemampuan kita berkomunikasi dengan bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Pada prinsipnya, kita perlu belajar banyak hal sehingga kita bisa bersaing dengan sehat di dunia usaha. Alkitab mencatat Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego juga “terpaksa” belajar bahasa dan tulisan orang Kasdim (Daniel 1:4).


3. Work (led) by the Spirit

  • Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua. Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba. - Pengkotbah 9:11,12
  • Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. - Mazmur 127:2

Ternyata tidak cukup hanya dengan work hard dan work smart, sebab ada “waktu”dan “nasib” yang dialami semua orang. Dalam sebuah pertandingan sepeda, ada tiga sepeda yang berada paling depan, sedang berlomba pada saat putaran terakhir menjelang finish. Tiba-tiba sepeda kedua menyalip sepeda pertama yang mengakibatkan sepeda pertama, kedua, ketiga dan keempat terjatuh. Akibatnya, sepeda yang berada pada urutan kelima, yang tidak masuk hitungan, tiba-tiba muncul dan menjadi juara satu. Ada “nasib” dan “waktu” yang dialami para pengendara sepeda tersebut.



Masing-masing kita juga selalu mengalami “nasib” dan “waktu” tanpa bisa kita hindari. Nasib dan waktu adalah milik Tuhan, dan karena itu, jika kita membiarkan Tuhan yang menuntun hidup kita, maka Ia akan mengerjakan segala sesuatunya menjadi baik. Kita akan mengalami “nasib” dan “waktu” yang baik bagi kita, sesuai dengan rancangan Tuhan bagi hidup kita.
Karena itu, kita perlu tambahkan Work (led) by the Spirit, bekerja dengan tuntunan Roh Tuhan, supaya kita bisa meraih semua janji yang Tuhan berikan di tahun yang baru ini. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan, memuji dan menyembah Dia, menantikan tuntunanNya. Dan sementara kita menyembahNya, biar hati kita semakin mengasihi Dia dan dengan sendirinya Dia juga akan mengasihi kita sesuai dengan janjiNya “barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (Yohanes 14:21b).
Happy New Year 2009!