Jumat, 09 Januari 2009

Padang Gurun

Di dalam kehidupan kita, kadang-kadang kita mengalami “padang gurun”, yaitu tempat-tempat yang gersang, panas, tidak ada air… Hidup kita rasanya selalu “pas-pasan”, tidak ada tuaian yang berlimpah, bahkan harus “irit-irit”. Setiap hari harus berjalan “dengan iman”, mengharapkan manna yang turun dan hanya cukup untuk satu hari, persis seperti bangsa Israel yang baru keluar dari tanah Mesir. Apakah anda pernah mengalaminya? Atau justru saat ini sedang mengalaminya? Pada saat-saat seperti itu, mungkin kita bertanya, “Di mana Tuhan?”
Penulis kitab Mazmur 42 juga mengalaminya dan berkata, “Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?" (ayat 4). Dari Mazmur inilah kemudian lahir lagu yang menurut saya termasuk paling banyak dinyanyikan di persekutuan dari sejak tahun 80-an sampai sekarang. Lagu itu sendiri diciptakan oleh Martin Nystrom yang judul aslinya “As the Deer” dan dalam bahasa Indonesia teksnya sebagai berikut…


S’perti rusa rindu sungaiMu, jiwaku rindu Engkau…
Kaulah Tuhan hasrat hatiku, kurindu menyembahMu…
Engkau kekuatan dan perisaiku…KepadaMu rohku berserah ….
Kaulah Tuhan hasrat hatiku ….Ku rindu menyembahMu…

Beberapa tahun kemudian … seorang anak Tuhan menambahkan sepotong bait tambahan yang keluar dari hatinya …

Yesus…. Yesus… Kau berarti bagiku…
Yesus… Yesus … Kau segalanya bagiku


Sebenarnya, padang gurun merupakan tempat di mana kita bisa menyanyikan lagu tersebut dengan penuh kesungguhan. Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya mulai sungguh-sungguh ikut Tuhan, saya mulai mengalami “padang gurun”. Saya sempat protes, kok malah mengalami banyak hal yang tidak enak? Dibandingkan dengan teman-teman yang lain, yang “biasa-biasa saja”, kok kayanya hidup mereka lebih enak?

Belakangan Tuhan mengajar bahwa padang gurun adalah salah satu tempat favourite-Nya untuk membentuk anak-anakNya. Lalu Dia menunjukkan bahwa hamba-hambaNya dibawa melewati padang gurun, misalnya Abraham, Jacob, Yusuf, Daud, dan Musa. Mereka harus melalui padang gurun walaupun pada awalnya hidup mereka nampaknya enak.

Abraham dituntun Tuhan, tetapi harus lewat padang gurun. Jacob diberkati Ishak, tetapi harus sendirian lewat padang gurun. Yusuf memulai hidupnya sebagai anak yang sangat disayang oleh ayahnya, tetapi kemudian harus lewat padang gurun. Demikian juga Daud yang sudah diurapi sebagai raja tetapi kemudian harus melalui padang gurun selama belasan tahun sebelum akhirnya benar-benar diangkat menjadi raja atas Israel.

Musa juga mengalami hal yang sama. Lahir dan dipelihara sebagai anak dari puteri Firaun, sekolah di Mesir, berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya, tetapi kemudian harus lari dan tinggal di padang gurun. Empat puluh tahun harus dia lalui sebelum Tuhan panggil sebagai leader atas bangsa Israel.

Lalu, bangsa Israel sendiri harus melalui padang gurun, setelah sebelumnya mengalami mujizat, dibedakan dari yang lain ketika sepuluh tulah menimpa orang Mesir. Bahkan, mereka mengalami mujizat Laut Teberau yang dibelah Tuhan untuk menyelamatkan mereka dari kejaran orang Mesir. Lebih dari 22 ayat dalam Keluaran 15 berisi pujian kepada Tuhan karena telah membuat mujizat yang luar biasa….tetapi kemudian mereka melalui padang gurun.

Tuhan Yesus sendiri, setelah dibaptis dan penuh dengan Roh Kudus, dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun (Lukas 4:1). Di situlah Ia dicobai Iblis untuk kemudian siap masuk dalam pelayananNya.

Mengapa Tuhan membawa kita ke padang gurun? Kalau ada kesalahan kita, tentu kita perlu bertobat. Tetapi, kalau setelah kita cek dan doakan, hati kita tidak menuduh kita, maka kita bisa bersukacita karena Tuhan sedang membentuk kita lewat padang gurun. Jangan lari! Hadapi dengan penuh sukacita.

Apa hasil dari padang gurun? Lukas 4:14 berkata “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu”. Hasil dari padang gurun adalah power. Tentunya ketika kita lulus dalam semua ujian yang Tuhan berikan kepada kita.

Kaleb di Yosua 14:10 berkata, “Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;”

Ia telah mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh dan berada di padang gurun selama lebih dari 40 tahun. Kemudian ia berkata, “pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.” (ayat 11).

Kaleb memperoleh kekuatan ilahi sehingga walaupun usianya sudah 85 tahun, ia tetap perkasa dan kemudian meminta Hebron, tanah yang paling subur dan dihuni oleh raksasa yang paling besar. Ia mengalahkan semua raksasa tersebut dan kemudian merebut Hebron.

Apakah anda ingin merebut Hebron? Apakah anda ingin yang terbaik dari yang terbaik? Jangan lari dari padang gurun, jangan lari dari didikan Tuhan. Setia lakukan bagian kita masing-masing, dan pada waktunya, Tuhan sendiri yang akan mengangkat kita. Haleluyah!

1 komentar:

Alf mengatakan...

saya mau cari ciri -ciri pasdang gurun