Selasa, 13 Januari 2009

Mesir, Padang Gurun, Kanaan

Bila kita membaca perjalanan hidup bangsa Israel mulai dari Mesir melewati padang gurun sampai tiba di Kanaan, banyak hal bisa kita pelajari. Setidaknya, ketiga wilayah tersebut – Mesir, padang gurun, dan Kanaan – bisa menggambarkan kondisi kehidupan kita.

1. Mesir
Ketika bangsa Israel tinggal di Mesir, mereka ada dalam perbudakan. Pada awalnya tidaklah demikian. Keturunan Yakub itu datang dan tinggal di tanah Gosyen dan menikmati apa yang paling baik di Mesir. Firaun sendiri menyambut mereka, yang waktu itu jumlahnya belum terlalu besar (Kejadian 45, 46).

Tetapi ketika Yusuf sudah meninggal dan jumlah mereka bertambah besar, bahkan berlipat kali ganda dengan dahsyat sampai melebihi penduduk asli (Keluaran 1:6-9), bangkitlah seorang raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Rupanya Yusuf tidak melakukan kaderisasi, tidak melakukan pemuridan. Barangkali bangsa Israel sudah terlena, menikmati yang terbaik, berada di comfort zone dan membiarkan urusan pemerintahan ditangani orang Mesir sepenuhnya.

Akibatnya, raja baru tersebut mulai menindas mereka dengan kerja paksa. Uniknya, semakin ditindas, malah semakin berkembang banyak dan membuat orang Mesir takut kepada mereka (Keluaran 1:11-14). Mereka mulai ditekan dan mulai mengalami kekejaman orang Mesir. Mereka harus bekerja dan hasilnya nyaris cukup bahkan tidak cukup untuk hidup mereka.

Ini gambaran ketika kita berada dalam perbudakan dunia. Kita bekerja, banting tulang, peras keringat, tapi tidak pernah cukup. Ada istilah P14 - Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan Potong Pajak Potong Pinjaman Pinggang Pegal-Pegal. Mazmur 127:2 menggambarkan ini dengan jelas: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah”.

Apakah anak Tuhan tidak perlu bekerja? Jelas perlu! Paulus mengatakan, “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (II Tesalonika 3:10). Tetapi ada situasi yang begitu rupa sehingga sepertinya tidak ada yang dihasilkan. Inilah gambaran kehidupan di Mesir, yaitu kehidupan yang not enough.

2. Padang Gurun
Ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka mengalami banyak mujizat. Bahkan, sebelum keluar dari Mesir ada sepuluh tulah yang dialami orang Mesir, tetapi tidak mereka alami. Mereka dibedakan dari yang lain. Bahkan, Laut Teberau terbelah ketika mereka melangkah untuk menghindari kejaran tentara Mesir.

Selanjutnya, mereka harus melalui padang gurun, bahkan selama empat puluh tahun karena ketidaktaatan mereka. Selama di padang gurun, mereka tidak pernah kekurangan. Setiap hari ada manna yang turun dari sorga untuk makanan mereka. Tuhan memelihara umatNya yang jumlahnya mungkin mencapai 2 juta orang, berjalan di padang gurun. Alkitab berkata, matahari tidak menyakiti mereka pada waktu siang, maupun bulan pada waktu malam. Tuhan berjalan bersama mereka, menjadi tiang awan pada waktu siang dan tiang awan pada waktu malam. Pakaian dan sepatu mereka tidak rusak. Semua terpelihara dengan baik.

Walaupun demikian, manna yang mereka harus ambil setiap pagi, hanya cukup untuk satu hari. Yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan. Masing-masing mengambil manna sesuai dengan jumlah keluarga mereka masing-masing (Keluaran 16:16-26). Mereka tidak bisa dan tidak boleh menyimpan manna itu untuk hari berikutnya, kecuali kalau menjelang hari Sabat.

Pada masa ini, mereka diajar untuk hidup mengandalkan Tuhan day by day. Bagi mereka yang baru mengenal Tuhan, hal ini sering terjadi. Kalaupun bekerja, hasilnya pas-pasan. Pas butuh pas ada. Saat dibutuhkan, saat itu juga tersedia. Hal ini awalnya sangat sulit karena diajar untuk “berjalan di atas air”, diajar hidup “berdasarkan iman”.

Ketika mereka di padang gurun, tidak ada yang dikerjakan kecuali memungut manna setiap pagi dan mengolahnya untuk dimakan pada hari itu. Tentu ada jam-jam ibadah seperti yang Tuhan perintahkan, tetapi tidak ada kesempatan untuk membuka kebun dan bercocok tanam. Mereka harus berpindah-pindah terus selama empat puluh tahun di padang gurun. Mereka tidak bisa menabung. Semua yang mereka peroleh segera habis pada hari yang sama. Hidup mereka ada pada fase just enough.

Pernahkah anda berada pada kondisi tersebut? Atau, inikah kondisi yang anda alami saat ini? Jangan berhenti di sini! Maju terus ke tanah perjanjian! Padang gurun cuma tempat untuk dilewati bersama Tuhan.

3. Kanaan
Kanaan adalah tanah yang Tuhan janjikan ketika mereka masih berada di Mesir. Inilah tempat tujuan mereka. Di tanah ini, tidak ada manna lagi, Mereka harus bekerja. Bahkan, ketika mereka sudah di Gilgal sebelum merebut Yerikho, Alkitab berkata, “Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan." (Yosoua 5:12).

Berkali-kali disebutkan di Kitab Ulangan bahwa tanah perjanjian ini adalah “suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu.” (Ulangan 27:3). Di tempat ini, penghasilan mereka tidak lagi day by day, tetapi begitu berlimpah sehingga simpanan mereka bertambah banyak. Bahkan, Musa berkata, “ Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apa pun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga. Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu” (Ulangan 8:7-10)

Bukankah luar biasa? Kalau sebelumnya mereka berada di Mesir – not enough -, lalu pindah ke padang guru – just enough­ – sekarang mereka berada di Kanaan, tanah perjanjian yang memberikan more than enough. Ini bukan sorga, tetapi ini gambaran kehidupan di dunia dengan berkat-berkat Tuhan yang berlimpah.

Kanaan adalah tanah perjanjian yang harus direbut. Sudah diberikan Tuhan, tetapi harus “ditaklukkan” sesuai dengan pimpinan Tuhan. Itu sebabnya, sebelum masuk tanah perjanjian, mereka harus lewat padang gurun, tempat latihan untuk belajar percaya dan taat kepada Tuhan.

Di tanah ini, tidak ada batas berkat yang bisa diperoleh. Sejauh mana kita percaya dan mengolahnya sesuai dengan tuntunanNya, sebanyak itulah berkat kita. Ketika Yosua sudah bertambah tua, Tuhan berkata "Engkau telah tua dan lanjut umur, dan dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki.” (Yosua 13:1).

Pernahkah anda berpikir bahwa masih sangat banyak yang Tuhan sediakan bagi kita? Ketika Tuhan memberikan ikan kepada Petrus dan kawan-kawannya, maka perahu mereka tidak mampu menampung ikan yang tertangkap (Lukas 5:7). Ketika Tuhan memberi makan lima ribu orang laki-laki, ditambah wanita dan anak-anak, masih ada sisa dua belas bakul penuh roti (Yohanes 6:13). Dia selalu memberi lebih dari cukup. Seorang hamba Tuhan berkata bahwa “He is the God Who is More Than Enough”

Di manakah anda berada saat ini? Not enough, just enough, atau more than enough? Masing-masing tentu ada masanya. Ada masa tinggal di Mesir, ada masa melalui padang gurun, dan ada masa memasuki, menaklukkan dan tinggal di Kanaan. Mesir adalah tempat di mana Tuhan memanggil kita, padang gurun merupakan tempat latihan sebelum menaklukkan Kanaan. Biarlah kita cepat menangkap semua pelajaran yang Dia berikan, agar kita bisa dituntunNya memasuku tanah perjanjian, Kanaan yang disediakan bagi kita. Amin!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

PUJI TUHAN, ALLAH KITA!
DIA ALLAH yang MORE THAN ENOUGH dalam perjalan PADANG GURUN kita!